Imbas Tarif Dagang 19 Persen, Indonesia "Dipaksa" Beli 50 Pesawat Boeing yang Tak Laku di Pasaran, Rieke Diah Pitaloka Minta Negoisasi Ulang!

HUKAMANEWS - Rieke Diah Pitaloka Anggota Komisi VI DPR RI, meminta pemerintah melakukan negosiasi ulang pembelian pesawat Boeing dalam rangka pemenuhan syarat tarif Trump.

Menurutnya, negara lain menghindari Boeing, dan Boeing telah menjadi masalah sebelumnya untuk Indonesia.

"Kita diminta harus membeli Boeing 50 pesawat buatan Amerika, padahal kita tahu kemarin dalam diskusi kita, bahwa Boieng itu pembelian Boeing dan bombardir oleh BUMN bernama Garuda," katanya, dikutip dari akun X Nobody, dikutip Sabtu (26/7).

Menurut pemeran Oneng di sitkom Bajaj Bajuri itu, pembelian Boeing menyebabkan adanya masalah keuangan yang sampai sekarang dampaknya masih terasa.

"Dan ini dalam geopolitik yang juga penting, besok kita beberapa hari ke depan, dua hari ke depan sudah reses, jadi saya ingin mengambil momentum ini apakah bisa, mungkin dan harus bisa dikomunikasikan lagi," pinta Rieke.

Baca Juga: PDIP: Vonis untuk Hasto Kristiyanto Dinilai Dipaksakan, Bukan Kasus Murni Hukum

Ia minta pembelian Boeing Amerika ini disinergikan dari adanya 4 kesepakatan.

"Bagaimana ada negoisasi begitu membeli 737 max itu kan digrounded ya, dan kemudian 787 dreamliner itu juga bermasalah. Boeing yang mana yang harus dibeli gitu, sementara orang lain menolak membeli Boeing begitu," kata Rieke.

"Tapi karena Amerika pasti memaksakan karena Boeing itu adalah salah satu simbol Amerika, ketika gak laku ini juga masalah simbol ekonominya begitu," sambung Rieke.

Menanggapi permintaan Rieke untuk negoisasi ulang, Menteri BUMN Erick Thohir pun menimpali.

"Saya rasa tekanan yang diberikan tadi mengenai posisi BUMN sebagai regulator sebagai pengawas, tapi juga menjaga penugasan dari tentu pemerintah untuk memastikan perindungan kepada ekonomi rakyat," katanya.

Baca Juga: Dokter Tifa Sentil Reuni Dadakan Jokowi, Mengaku Kasihan Banyak Orang yang Harus Menanggung Dosa Jariyah (Berbohong)

"Tetapi juga bagaimana kita sebagai BUMN dan khususnya Danantara tetap memberikan value creation kepada masa depan bagsa."

"Mohon sebagai catat besarnya progress yang diberikan oleh Danantara diberikan, karena tidak mungkin Danantara yang baru lahir harus berlari," ujar Erick.