Namun ada titik terang dari segmen furnitur rotan yang melonjak 36,9%,mengindikasikan potensi substitusi bahan baku dan diversifikasi produk yang mulai dijajaki eksportir. Industri kini mengambil dua langkah mitigasi.
Pertama, memperkuat pasar domestik yang kini mulai terbuka berkat belanja pemerintah. Kedua, mendiversifikasi tujuan ekspor meski tidak mudah dalam jangka pendek.
Eropa juga mulai menerapkan regulasi ketat soal keberlanjutan, sementara pasar Timur Tengah dan Afrika belum bisa menggantikan skala AS. Di sinilah efisiensi produksi dan inovasi desain menjadi kunci bertahan di tengah ketidakpastian tarif.
Untuk jangka pendek, masih ada ruang bernapas. Kuartal I menunjukkan resiliensi dan momentum positif. Tanpa strategi jangka menengah untuk diversifikasi pasar, reformulasi produk, dan negosiasi diplomatik dagang, ancaman ini bisa berubah menjadi pukulan permanen.
Artikel Terkait
Perang Tarif Baru Akan Dimulai, Tekstil Dalam Negeri Sudah Terjadi Penurunan Pesanan
Tarif Impor Ala Donald Trump Bikin Rugi Jutaan Dolar, Pengusaha Kecil AS Nekat Gugat Balik sang Presiden
BI Perkuat Strategi Hadapi Dampak Tarif Impor AS, Ini Jurus Rahasia Bank Indonesia Lindungi Ekonomi RI dari Gempuran Global
Cermati Efek Perang Tarif Impor, KPPU Dorong Sinergi Pemerintah Melakukan Antisipasi Praktek Monopoli Harga
Gara-gara Tarif Impor! Sony Siap Naikkan Harga PS5 di AS, Gamer Wajib Tahu