Tumbuh Pada Kuartal I, Kini Buyer Amerika Serikat Pilih Tunda Pengiriman

photo author
- Sabtu, 17 Mei 2025 | 16:43 WIB
Perajin mebel Jepara masih cukup optimistis dengan permintaan baik ekspor maupun domestik meski dibayangi fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar.. (suaramerdeka.com/Dok)
Perajin mebel Jepara masih cukup optimistis dengan permintaan baik ekspor maupun domestik meski dibayangi fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar.. (suaramerdeka.com/Dok)

HUKAMANEWS – Angin segar datang dari industri furnitur, yang menopang mebel dan kerajinan Indonesia. Performa mengejutkan pada awal 2025 terjadi dimana industri ini pada kuartal I -2025, tumbuh 9,86% (year on year/yoy) dan 4,37% (qtq). 

Lonjakan ini terjadi sebelum industri dibayangi ancaman tarif impor dari Amerika Serikat (AS), yang selama ini dikenal sebagai pasar ekspor terbesar bagi furnitur Indonesia.

Pertumbuhan industri mebel pada kuartal I-2025 yang mencapai 9,86% yoy ini adalah yang tertinggi sejak kuartal IV-2024. Lonjakan ini justru terjadi di tengah melambatnya ekonomi Indonesia. 

Baca Juga: Usai Status WNI Satria Dicabut, Eks Tentara AL Ini Kritik Pemerintah, Kerja Diributin, Koruptor Santai Aja, Korupsi Besar Mandek di Kepolisian

Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 4,87% atau terendah sejak kuartal III-2021.

Lonjakan pertumbuhan Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2025, yang digelar awal Maret diikuti oleh lebih dari 600 eksportir, menarik 15 ribu buyer dari 115 negara, dan mencatat potensi transaksi on-the-spot sebesar US$ 350 juta.

Kini kekhawatiran mulai dirasakan sejak AS berencana mengenakan tarif sebesar 32% untuk produk furnitur asal Indonesia, sejak bulan April. Meski implementasinya ditunda selama tiga bulan, sentimen pasar langsung terguncang.

Baca Juga: Headphone Baru Nothing Siap Rilis Musim Panas Ini, Desain Nggak Pasaran, Harga Lebih Murah, Kualitas Nggak Main-main!

Sejumlah pembeli AS menunda pengiriman, barang menumpuk di gudang, dan arus kas eksportir mulai tertekan. 

"Tarif memang belum berlaku, dampaknya sudah terasa. Banyak pesanan ditunda," ungkap Abdul Sobur, Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI).

Padahal, tambahnya, pasar AS menyumbang 53,8% ekspor furnitur dan kerajinan Indonesia-sektor padat karya yang menopang ekonomi daerah seperti Jawa dan Bali.

Baca Juga: Amankan Ruang Digital Anak Dari Fenomena Fantasi Sedarah

"Ekspor furnitur RI sempat tertekan dalam tiga tahun terakhir. Dari US$ 2,5 miliar pada 2021, nilai ekspor mebel anjlok jadi US$1,75 miliar pada 2023 sebelum naik tipis ke US$1,92 miliar pada 2024 (+9,49%)," jelasnya.

Subkategori furnitur kayu yang jadi tulang punggung industri pun hanya tumbuh 0,52% tahun lalu," jelas pihaknya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Elizabeth Widowati

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X