Bahkan, produsen mobil lainnya mulai mempertimbangkan tindakan serupa, apalagi dengan tantangan tambahan berupa penurunan permintaan domestik dan transisi menuju kendaraan listrik.
Di balik semua manuver ini, para ekonom menyerukan peringatan keras.
Kebijakan tarif Trump berpotensi memangkas Produk Domestik Bruto (PDB) global hingga 2 persen.
Kerugian total bahkan diproyeksikan menyentuh angka fantastis: 30 triliun dolar AS.
Dengan potensi kenaikan pengangguran sampai 7,5 persen, dunia dihadapkan pada ancaman resesi baru.
Efek jangka panjangnya bisa menghancurkan daya saing Amerika Serikat sendiri dan memicu inflasi yang menekan daya beli konsumen kelas menengah ke bawah.
Kebijakan yang awalnya digadang-gadang sebagai bentuk perlindungan industri dalam negeri, justru kini menjadi sumber ketidakpastian besar bagi ekonomi global.
Banyak pihak mempertanyakan: apakah langkah ini benar-benar strategi jangka panjang, atau hanya manuver politik menjelang pemilu?
Yang jelas, dampaknya sudah nyata dan akan terus merembet ke banyak lini kehidupan—dari pabrik di Eropa hingga dapur rumah tangga di Amerika.
Baca Juga: IHSG Terjun Bebas Jelang Pengumuman Danantara, Pasar Ketar-Ketir?
Dalam kondisi ini, penting bagi negara-negara terdampak untuk tidak hanya reaktif, tetapi juga visioner dalam menyikapi turbulensi global ini.
Jika tidak, efek domino yang sudah mulai bergerak bisa menghantam lebih keras dari yang dibayangkan.***
Artikel Terkait
Apple Rilis Fitur Revolusioner! Tap to Pay Kini Bisa Digunakan di 9 Negara Eropa, UMKM Makin Untung
Mau Ekonomi Dalam Negeri Tumbuh Stabil, Saatnya Urusi Investor Lokal dan UMKM
IHSG Tiba-Tiba Pulih! Apakah Ini Peluang Emas atau Sinyal Ambruk Lebih Dalam?
Sebelum Nekat Berhutang, Pilah Dulu Mana Kebutuhan Prioritas Untuk Lebaran Nanti, Jangan Sampai Gagal Bayar
Angka Pembiayaan Pinjaman Konsumsi Selama Lebaran Nanti Diperkirakan Capai Tujuh Trilyun Lebih