Kemanusiaan memang tak mengenal batas negara. Namun kebijakan luar negeri tidak dapat dibangun semata atas dasar simpati dan moralitas. Ia menuntut ketelitian, rasionalitas, serta kesiapan institusional. Jika Prabowo benar-benar ingin menunjukkan komitmen pada rakyat Palestina, jalur yang lebih strategis adalah memperkuat diplomasi internasional, meningkatkan dukungan kemanusiaan konkret—seperti bantuan medis, logistik, dan pembangunan infrastruktur—serta menjadi pelopor gencatan senjata dan rekonsiliasi damai melalui forum-forum multilateral.
Menjadi pemimpin yang peduli terhadap penderitaan sesama manusia adalah nilai luhur yang patut diapresiasi. Tetapi menjadi pemimpin yang bijak dan cermat dalam menakar kapasitas serta risiko adalah kualitas kenegarawanan yang sejati. Jangan sampai, dalam semangat menolong yang lain, kita justru mengabaikan tugas besar menyejahterakan rakyat sendiri—yang masih menanti "evakuasi" dari kemiskinan, ketimpangan, dan ketidakadilan di negeri ini.***