analisis

Mengurai Benang Kusut Korupsi di Indonesia, Akar Permasalahan dan Lemahnya Senjata Negara

Jumat, 19 Juli 2024 | 18:35 WIB
Ilustrasi. Benang kusut korupsi di Indonesia, bagaimana mengurainya?

Ketiga, sistem yang rapuh. Celah hukum, birokrasi yang berbelit-belit, dan sistem pengawasan yang lemah membuka peluang bagi korupsi untuk beraksi. Kurangnya transparansi dan akuntabilitas memperparah keadaan.

Keempat, pengaruh politik. Politik uang, pendanaan politik yang tidak transparan, dan kepentingan oligarki menjadi faktor pendorong korupsi. Politikus yang korup terjebak dalam lingkaran setan untuk mempertahankan kekuasaan dan melipatgandakan keuntungan.

Kelima, ketergantungan ekonomi pada uang haram. Korupsi sering kali menjadi sumber penghasilan tambahan bagi banyak pejabat dan pegawai negeri. Gaji yang rendah dan biaya hidup yang tinggi membuat banyak orang tergoda untuk melakukan korupsi. Selain itu, adanya praktik suap dalam proses perizinan dan proyek pemerintah membuat korupsi semakin sulit diberantas.

Baca Juga: Wapres Maruf Amin Kunjungi Booth Hyundai di GIIAS 2024 dan Menjajal All-New KONA Electric dengan Kandungan Lokal Terbesar

Keenam, kurangnya keteladanan dari pemimpin. Keteladanan dari para pemimpin sangat penting dalam pemberantasan korupsi. Namun, ketika pemimpin sendiri terlibat dalam praktik korupsi, hal ini memberikan contoh buruk bagi masyarakat. Ketika pejabat tinggi negara terlibat korupsi dan tidak mendapat hukuman yang setimpal, masyarakat pun merasa bahwa korupsi adalah hal yang bisa ditolerir.

Ketujuh, pendidikan dan kesadaran antikorupsi yang rendah. Tak dapat dipungkiri, masyarakat masih apatis dan enggan terlibat dalam pemberantasan korupsi. Rasa takut, ketidakpercayaan, dan minimnya edukasi membuat mereka enggan melaporkan korupsi atau terlibat dalam proses penegakan hukum.

Dr. Pieter C Zulkifli, SH. MH.

Banyak masyarakat yang belum memahami dampak negatif dari korupsi terhadap kehidupan mereka sehari-hari. Pendidikan anti-korupsi yang belum merata di seluruh lapisan masyarakat membuat kesadaran untuk melawan korupsi masih kurang.

Baca Juga: Kerap Diminta Duduk Sebelah Jokowi, Prabowo: Ternyata Dilatih Supaya Tak Kaget Setelah Dilantik Jadi Presiden

Di tengah kondisi ini, negara bagaikan pahlawan yang terluka. Institusi penegak hukum, yang seharusnya menjadi garda terdepan, malah tak jarang menjadi bagian dari masalah. Lembaga antikorupsi pun tak luput dari kritik, terbelenggu oleh birokrasi dan kepentingan politik.

Namun, bukan berarti harapan pupus. Upaya pemberantasan korupsi terus dilakukan, meski bagaikan menapaki jalan terjal. Penguatan institusi, perbaikan sistem, dan edukasi publik menjadi kunci utama.

Masyarakat pun harus bangkit dan memainkan peran aktif. Laporkan korupsi, awasi kinerja pemerintah, dan tolak budaya permisif. Persatuan dan tekad kuat menjadi senjata ampuh untuk melawan korupsi.

Baca Juga: Kantor Wali Kota Semarang Digeledah KPK, Sejumlah Kepala Dinas dan Badan Diciduk Terkait Kasus Dugaan Korupsi

Korupsi adalah akar dari semua kejahatan, mencabutnya adalah langkah pertama menuju keadilan. Pemimpin sejati tidak memimpin dengan tangan yang kotor. Kepemimpinan yang bersih dan berintegritas adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang adil.

Sebagai penutup dari tulisan ini, penulis kembali menegaskan bahwa korupsi bukanlah budaya. Itu adalah penyakit yang harus disembuhkan. Setiap tindakan kecil melawan korupsi adalah langkah besar menuju Indonesia yang lebih baik.

Halaman:

Tags

Terkini

Membenahi Gagap Nalar Peradilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:37 WIB

Bandara IMIP dan Hilangnya Kedaulatan Negara

Kamis, 27 November 2025 | 15:06 WIB

Rapuhnya Integritas “Wakil Tuhan di Muka Bumi”

Senin, 27 Oktober 2025 | 10:00 WIB

DPR dan Mutu Rendah Legislasi

Senin, 13 Oktober 2025 | 07:00 WIB

Jalan Terjal Mengembalikan Akal Sehat Kekuasaan

Senin, 6 Oktober 2025 | 12:00 WIB

“Mental Stunting” Pejabat

Sabtu, 13 September 2025 | 09:00 WIB

Keadilan Fiskal dan Martabat Demokrasi

Senin, 8 September 2025 | 11:00 WIB

Menyulam Tenun Kebangsaan, Menjaga Indonesia

Rabu, 3 September 2025 | 22:00 WIB