analisis

Pilpres 2024, Catatan untuk Para Capres-Cawapres: Ojo Lamis, Jangan Dusta, Jangan Sakiti Hati Rakyat Hanya Karena Ingin Berkuasa

Senin, 20 November 2023 | 06:23 WIB
Ilustrasi. Sebuah catatan untuk para Capres dan Cawapres yang berlaga di Pilpres 2024

 

HUKAMANEWS - Drama yang kita lihat belakangan ini, baik di pentas politik hingga panggung sosial, hampir semua mementaskan aktor dengan prilaku miskin etika. Menjelang Pilpres 2024 etika mengalami mati suri.

Kompetisi politik, Pemilu dan Pilpres 2024, tereduksi oleh ambisi kekuasaan kelompok elite tertentu yang kemudian menjual ide dan gagasan-gagasan untuk memfitnah dan menyerang capres dan cawapres lainnya.

Main sikat dan main tendang kemudian menyerang dan mengintimidasi yang dikerjakan oleh sekelompok elite penguasa justru melukai demokrasi dan momen sakral Pemilu dan Pilpres 2024.

Baca Juga: Khawatir dan Heboh Soal Rencana Pelepasan Nyamuk Wolbachia di Indonesia, Pakar UGM Malah Sebut Wolbachia Aman

Itulah catatan ringkas yang akan diulas tajam oleh pengamat politik Dr. Pieter C Zulkifli, SH, MH, dalam analisis politiknya berikut ini.

Salah satu masalah besar yang turut memerosotkan kehidupan bangsa adalah melemahnya cara hidup yang bermoral dan beretika di berbagai bidang. Etika merupakan dasar kehidupan berbangsa. Bahkan etika adalah barometer peradaban suatu bangsa.

Politik tanpa etika justru melahirkan sinetron demokrasi yang hanya menyuguhkan kebohongan dan janji-janji kosong politikus-politikus busuk.

Baca Juga: Bertabur Tokoh, TKD Jawa Tengah Pasangan Prabowo Gibran Diketuai Kukrit SW

Kecenderungan lebih menggunakan cara-cara kotor dalam merebut kekuasaan sesungguhnya menjelaskan bahwa mereka tidak memiliki kemampuan luar biasa untuk mengelolah bangsa dan negara. Sebaliknya, di balik ambisi ingin berkuasa mereka lebih banyak memikirkan bagaimana memakmurkan kelompoknya sendiri daripada kepentingan rakyat.

Korupsi di negeri ini kian mengerikan dan merajalela, salah satunya karena korupsi dianggap wajar. Sebagian lainnya malah menganggap korupsi sebagai budaya. Sehingga tak hanya keuangan, namun wibawa negara terus tergerus.

Dr Pieter C Zuklifli, pengamat politik.

Tentu kita miris dengan fenomena ini, bukankah apa yang terjadi hari ini menjadi penentu masa depan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Kalau hari ini negara diwarnai perilaku rusak-rusakan seperti sekarang, bagaimana masa dengan yang akan datang?

Baca Juga: Jejak Kebaikan Mukardi, Sosok Penerima Muhammadiyah Awards, Guru yang Sukses Membangun Puluhan Sekolah Muhammadiyah dengan Segala Keterbatasan

Akumulasi persoalan di berbagai aspek dan perilaku elite yang miskin etika menyebabkan Negara dalam bahaya.

Halaman:

Tags

Terkini

Membenahi Gagap Nalar Peradilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:37 WIB

Bandara IMIP dan Hilangnya Kedaulatan Negara

Kamis, 27 November 2025 | 15:06 WIB

Rapuhnya Integritas “Wakil Tuhan di Muka Bumi”

Senin, 27 Oktober 2025 | 10:00 WIB

DPR dan Mutu Rendah Legislasi

Senin, 13 Oktober 2025 | 07:00 WIB

Jalan Terjal Mengembalikan Akal Sehat Kekuasaan

Senin, 6 Oktober 2025 | 12:00 WIB

“Mental Stunting” Pejabat

Sabtu, 13 September 2025 | 09:00 WIB

Keadilan Fiskal dan Martabat Demokrasi

Senin, 8 September 2025 | 11:00 WIB

Menyulam Tenun Kebangsaan, Menjaga Indonesia

Rabu, 3 September 2025 | 22:00 WIB