analisis

Membaca Langkah Senyap Jokowi dan Pertalian dengan Generasi Z pada Pilpres 2024

Kamis, 26 Oktober 2023 | 06:00 WIB
Manuver senyap Presiden Jokowi jelang Pilpres 2024 sulit ditebak, termasuk oleh PDIP.

Contohnya keluarga mantan Presiden Soekarno dan Susilo Bambang Yudhoyono, atau keluarga mantan Gubernur Banten Atut, yang memegang jabatan tinggi dan penting di dunia politik. 

Baca Juga: Resmi Jadi Bacawapres Prabowo, Benarkah Gibran Belum Dipecat dari PDIP dan Masih Pegang KTA?

Gibran dan Generasi Z

Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga  di dunia. Jumlah total pemilih diperkirakan 74 persen dari total jumlah populasi Indonesia. Sebagian di antaranya adalah pemilih pemula.

Lebih dari 200 juta pemilih dalam negeri dan 1,75 juta diaspora Indonesia di seluruh dunia akan mendatangi tempat pemungutan suara pada tanggal 14 Februari 2024.

Peta politik Indonesia dan dinamika partai politik serta sikap perilaku elite semakin sulit ditebak. Potensi penyalagunaan wewenang, bergesernya sistem demokrasi, hingga ancaman politik dinasti akan mewarnai pilpres 2024.

Baca Juga: Jelang Tilang Uji Emisi, Pemprov DKI Jakarta Catat 1,1 Juta Mobil dan 123.000 Motor Sudah Lulus Kualifikasi

Generasi muda berusia 20 sampai dengan 30 tahun akan mendominasi pemilih secara nasional, dengan ratio 56 persen, atau sekitar 114 juta. Separuh  dari mereka adalah pemilih pemula.

Selain itu, polarisasi, friksi dan misinformasi dan disinformasi diberbagai media sosial akan menjadi isu utama menjelang Pilpres 2024.

Pemilu kali ini menjadi pertama kalinya bagi gen z, kelompok demografis yang secara luas dianggap apatis secara politik terlibat dalam pemilu. Pemilih muda juga tidak bisa dengan mudah didorong oleh preferensi keluarga mereka terhadap kandidat tertentu.

Baca Juga: Nah Lho! Uang Rp40 Milyar Mampir ke BPK Buat Tutup Kasus Korupsi BTS, Kejagung Korek Siapa yang Terlibat

Jumlah pemilih mudah sangat besar, partai politik dan kandidat potensial mulai menggali berbagai aplikasi dan strategi agar menemukan treatment yang tepat untuk memikat hati mereka.

Masyarakat sangat cemas polarisasi politik terjadi lagi dalam pemilu 2024. Praktik pencemaran nama baik, fitnah, berita bohong, ujaran kebencian, dan politik identitas sangat rentan menjadi warna politik Indonesia.

Pemilih yang rasional akan menjatuhkan keputusan berdasarkan visi, misi dan program kerja calon. Sedangkan pemilih yang tidak rasional akan menentukan pilihan berdasarkan basis basis irasional, misalnya kesukuan, agama dan sebagainya.

Baca Juga: Usai Dapat Restu Jokowi, Prabowo Langsung Gas Pol Deklarasi Cawapres Besok

Halaman:

Tags

Terkini

Membenahi Gagap Nalar Peradilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:37 WIB

Bandara IMIP dan Hilangnya Kedaulatan Negara

Kamis, 27 November 2025 | 15:06 WIB

Rapuhnya Integritas “Wakil Tuhan di Muka Bumi”

Senin, 27 Oktober 2025 | 10:00 WIB

DPR dan Mutu Rendah Legislasi

Senin, 13 Oktober 2025 | 07:00 WIB

Jalan Terjal Mengembalikan Akal Sehat Kekuasaan

Senin, 6 Oktober 2025 | 12:00 WIB

“Mental Stunting” Pejabat

Sabtu, 13 September 2025 | 09:00 WIB

Keadilan Fiskal dan Martabat Demokrasi

Senin, 8 September 2025 | 11:00 WIB

Menyulam Tenun Kebangsaan, Menjaga Indonesia

Rabu, 3 September 2025 | 22:00 WIB