Wajar bila AHY kecewa dengan keputusan Surya Paloh dan Anies Baswedan. Pasalnya, Muhaimin Iskandar dan PKB adalah pendatang baru dalam koalisi tersebut, bahkan belum genap sebulan bergabung.
Demokrat menyebut ‘perjodohan’ kilat tersebut dikatakan sebagai bentuk pengkhianatan.
Baca Juga: Lokasi Terpencil,Ibu Kepala Sekolah SD Sugihan 3 Tengaran, Nyetir Sendiri Jemput Siswanya
Ambisi Muhaimin dan kekecewaan SBY
Ambisi Muhaimin Iskandar menjadi Cawapres, disebut sebagai guyon politik lantaran elektabilitas Cak Imin sangat minim. Dengan nada bercanda, Muhaimin sempat menyatakan, “saya siap bergabung asal capresnya saya.”
Pada kesempatan lain, Muhaimin mengklaim dirinya mendapatkan dukungan dari semua kader PKB di seluruh daerah.
Ambisi Muhaimin juga diumbar di Pilpres 2019. Baliho-baliho dipasang di berbagai sudut jalan kota dengan memajang wajahnya besar-besar, lengkap bertulikan ‘Cak Imin Cawapres 2019’.
Dengan gayanya yang terkesan masa bodoh, Muhaimin ‘menjajakan’ harapannya bakal dipilih sebagai cawapres Jokowi. Bahkan dalam pernyataanya pada 5 Mei 2018, Cak Imin sesumbar Jokowi akan kalah di Pilpres 2019 jika tidak menggandeng dirinya sebagai calon wakil Presiden.
Muhamin Iskandar adalah cerminan seorang Ketum Parpol dengan rasa percaya diri yang terlalu tinggi. Dia sesuka hati keluar masuk dengan koalisi parpol lain dan menempatkan dirinya terlalu tinggi. Gaya politik Cak Imin tidak mencerminkan seorang Negarawan yang baik.
Mungkin luput dalam pengamatan Cak Imin bahwa dalam berbagai survei, eletabilitasnya hanya berkisar di angka 1 persen, setara dengan Ketua DPP PDIP Puan Maharani.
Baca Juga: Kapan Kemarau Berakhir? Begini Prediksi Awal Musim Hujan di Jakarta dan Indonesia dari BMKG
Boleh jadi keputusan Surya Paloh yang mendeklarasikan Anies dan Cak Imin sebagai pasangan Capres dan Cawapres diharapkan dapat menguncang politik tanah air, alih-alih dapat mengubah potret kekuatan politik nasional.
Pertanyaan besarnya, apakah mereka dapat saling bekerja sama, melengkapi roda politik satu dengan lainnya atau sebaliknya akan saling melemahkan?
Dalam sejarah politik, semakin kaku seorang politikus, semakin ideologis satu partai, semakin sulit mereka bisa bekerja sama dengan kekuatan politik lainnya. Kekuatan politik muslim, terutama antara dua kekuatan terpenting yaitu tradisional dan modernis itu tidak pernah mudah.