Mencari Negarawan Sejati dalam Kontestasi Pilpres 2024

photo author
- Rabu, 13 September 2023 | 12:02 WIB
Ilutrasi. Mencari Negarawan Sejati dalam Kontestasi Pilpres 2024
Ilutrasi. Mencari Negarawan Sejati dalam Kontestasi Pilpres 2024

Wajar bila AHY kecewa dengan keputusan Surya Paloh dan Anies Baswedan. Pasalnya, Muhaimin Iskandar dan PKB adalah pendatang baru dalam koalisi tersebut, bahkan belum genap sebulan bergabung.

Demokrat menyebut ‘perjodohan’ kilat tersebut dikatakan sebagai bentuk pengkhianatan.

Baca Juga: Lokasi Terpencil,Ibu Kepala Sekolah SD Sugihan 3 Tengaran, Nyetir Sendiri Jemput Siswanya

Ambisi Muhaimin dan kekecewaan SBY

Ambisi Muhaimin Iskandar menjadi Cawapres, disebut sebagai guyon politik lantaran elektabilitas Cak Imin sangat minim. Dengan nada bercanda, Muhaimin sempat menyatakan, “saya siap bergabung asal capresnya saya.”

Pada kesempatan lain, Muhaimin mengklaim dirinya mendapatkan dukungan dari semua kader PKB di seluruh daerah.

Ambisi Muhaimin juga diumbar di Pilpres 2019. Baliho-baliho dipasang di berbagai sudut jalan kota dengan memajang wajahnya besar-besar, lengkap bertulikan ‘Cak Imin Cawapres 2019’.

Baca Juga: Jalan Panjang Sengketa Lahan Hotel Sultan: HGB Pontjo Sutowo Habis hingga Kapolri Sebut Ada Pidana Baru

Dengan gayanya yang terkesan masa bodoh, Muhaimin ‘menjajakan’ harapannya bakal dipilih sebagai cawapres Jokowi. Bahkan dalam pernyataanya pada 5 Mei 2018, Cak Imin sesumbar Jokowi akan kalah di Pilpres 2019 jika tidak menggandeng dirinya sebagai calon wakil Presiden.

Muhamin Iskandar adalah cerminan seorang Ketum Parpol dengan rasa percaya diri yang terlalu tinggi. Dia sesuka hati keluar masuk dengan koalisi parpol lain dan menempatkan dirinya terlalu tinggi. Gaya politik Cak Imin tidak mencerminkan seorang Negarawan yang baik.

Mungkin luput dalam pengamatan Cak Imin bahwa dalam berbagai survei, eletabilitasnya hanya berkisar di angka 1 persen, setara dengan Ketua DPP PDIP Puan Maharani.

Baca Juga: Kapan Kemarau Berakhir? Begini Prediksi Awal Musim Hujan di Jakarta dan Indonesia dari BMKG

Boleh jadi keputusan Surya Paloh yang mendeklarasikan Anies dan Cak Imin sebagai pasangan Capres dan Cawapres diharapkan dapat menguncang politik tanah air, alih-alih dapat mengubah potret kekuatan politik nasional.

Pertanyaan besarnya, apakah mereka dapat saling bekerja sama, melengkapi roda politik satu dengan lainnya atau sebaliknya akan saling melemahkan?

Dalam sejarah politik, semakin kaku seorang politikus, semakin ideologis satu partai, semakin sulit mereka bisa bekerja sama dengan kekuatan politik lainnya. Kekuatan politik muslim, terutama antara dua kekuatan terpenting yaitu tradisional dan modernis itu tidak pernah mudah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Sukowati Utami JI

Sumber: Opini

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Membenahi Gagap Nalar Peradilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:37 WIB

Bandara IMIP dan Hilangnya Kedaulatan Negara

Kamis, 27 November 2025 | 15:06 WIB

Rapuhnya Integritas “Wakil Tuhan di Muka Bumi”

Senin, 27 Oktober 2025 | 10:00 WIB

DPR dan Mutu Rendah Legislasi

Senin, 13 Oktober 2025 | 07:00 WIB

Jalan Terjal Mengembalikan Akal Sehat Kekuasaan

Senin, 6 Oktober 2025 | 12:00 WIB

“Mental Stunting” Pejabat

Sabtu, 13 September 2025 | 09:00 WIB

Keadilan Fiskal dan Martabat Demokrasi

Senin, 8 September 2025 | 11:00 WIB

Menyulam Tenun Kebangsaan, Menjaga Indonesia

Rabu, 3 September 2025 | 22:00 WIB
X