nasional

Ledakan SMAN 72 Jakarta Ungkap Jejak Ideologi Ekstrem, Densus 88 Peringatkan Ancaman Dunia Maya bagi Remaja

Rabu, 12 November 2025 | 11:00 WIB
Petugas Densus 88 mengamankan lokasi ledakan SMAN 72 Jakarta terkait ideologi ekstrem. (HukamaNews.com / Berita Satu)

Menurut pengamat keamanan siber dan terorisme Ridwan Habib, algoritma media sosial yang menampilkan konten sesuai minat pengguna justru bisa menjadi pintu masuk bagi ideologi ekstrem.

“Anak-anak yang mencari konten tentang senjata atau kekerasan bisa diarahkan ke forum-forum berisi glorifikasi pelaku teror,” ujarnya.

Efeknya disebut sebagai “copycat effect” , ketika pelaku muda meniru aksi kekerasan yang mereka lihat secara daring demi sensasi eksistensi atau perhatian publik.

Mereka tidak memahami konteks ideologinya, namun tergoda oleh citra “pahlawan” yang dibentuk dunia maya.

Baca Juga: Dugaan Jual Beli Kuota Haji Menguat, KPK Sudah Periksa 350 Biro Travel Tersangka Korupsi Rp1 Triliun akan Segera Diumumkan

Peran Keluarga dan Sekolah Jadi Benteng Pertama

Densus 88 menegaskan bahwa penanganan kasus seperti ini tidak bisa hanya berfokus pada penegakan hukum. Keluarga dan sekolah perlu berperan aktif dalam mendeteksi dini perubahan perilaku anak.

“Fenomena seperti ini perlu menjadi perhatian bersama, bukan hanya aparat, tapi juga keluarga, pendidikan, dan lingkungan digital anak-anak kita,” tegas AKBP Mayndra.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebelumnya juga menyoroti pentingnya literasi digital dan empati sosial di sekolah.

Kurikulum yang mendorong diskusi kritis dan edukasi digital dianggap dapat mempersempit ruang penyebaran ideologi ekstrem di kalangan pelajar.

Beberapa sekolah di DKI Jakarta bahkan mulai menggandeng psikolog dan pakar keamanan siber untuk memberikan pelatihan deteksi dini perilaku ekstrem pada siswa dan guru.

Baca Juga: Mahfud MD Bongkar Titik Lemah Tersulit Polri: Reformasi 3 Bulan, Publik Diminta Ikut Mengawasi

Warganet di media sosial ramai menyoroti kasus ini sebagai peringatan keras tentang lemahnya pengawasan dunia maya bagi remaja.

“Zaman sekarang anak bisa belajar apa saja di internet, termasuk yang berbahaya,” tulis salah satu pengguna X (Twitter).

Sebagian lain mendesak pemerintah untuk memperkuat filterisasi konten ekstrem serta memperluas edukasi digital parenting bagi orang tua.

Halaman:

Tags

Terkini