Sementara yang lain menyoroti sisi sistemik, seperti lemahnya pengawasan dan “longgarnya” komunikasi napi dengan dunia luar.
“Kalau bisa pakai aplikasi chat terenkripsi dari dalam rutan, itu artinya sistemnya bolong banget,” komentar akun lain.
Kasus Ammar Zoni bukan sekadar kisah jatuh-bangun seorang selebritas, tapi juga alarm keras bagi pemerintah soal kondisi rutan dan lapas di Indonesia.
Selama sistem keamanan dan rehabilitasi masih lemah, praktik serupa bisa terulang kapan saja.
Pemerintah perlu memperkuat pengawasan digital, memperbaiki sistem rehabilitasi, dan memberikan program edukatif agar mantan pengguna tak kembali terjerat.
Masyarakat pun diimbau untuk lebih kritis, bukan sekadar menghakimi, melainkan mendukung pendekatan yang lebih manusiawi dan berbasis pemulihan.***