Dalam pledoi yang ia tulis sendiri sepanjang 108 halaman itu, Hasto juga menyampaikan bahwa partainya tetap setia pada jalan demokrasi, sekalipun tekanan pragmatisme politik semakin kuat di era 2004 hingga 2014.
Ia mengungkapkan bahwa saat itu partai terus melakukan konsolidasi ideologi, organisasi, hingga kaderisasi meski tak berada dalam lingkar kekuasaan.
“Eksistensi partai bukan ditentukan oleh berada atau tidaknya dalam pemerintahan, tapi oleh komitmen terhadap rakyat dan demokrasi,” ucap Hasto menegaskan.
Hasto pun menutup pledoinya dengan penekanan bahwa PDIP akan terus memperingati peristiwa Kudatuli, bukan sebagai bentuk dendam, tapi sebagai pengingat akan pentingnya menjaga demokrasi dari segala bentuk intervensi kekuasaan.
Dengan pledoi penuh muatan sejarah dan emosional ini, Hasto berharap majelis hakim dapat mempertimbangkan seluruh aspek perjuangan politiknya sebagai bagian dari narasi besar demokrasi Indonesia.***
Artikel Terkait
Tuntutan 7 Tahun ke Hasto Bikin Merinding, Tim Hukum: Ini Bukan Kasus Biasa, tapi Kriminalisasi Politik
Sidang Pledoi Hasto Dijadwalkan 10 Juli, Terungkap Perintah Tenggelamkan HP Usai OTT Harun Masiku!
Sama-sama Dituntut 7 Tahun Penjara, Tom Lembong dan Hasto Kristiyanto, Korban Permainan Lawan Politik di Era Eks Presiden ke-7 Jokowi
Jaksa Tuntut Hasto 7 Tahun Penjara Langsung Picu Protes Warganet, Tagar HukumBeratHasto Ramai di Media Sosial
Sidang Pledoi Hasto Bikin Jakarta Siaga, Ribuan Polisi Dikerahkan Amankan PN Tipikor Hari Ini