Informasi tersebut, menurut Setya Novanto, ia dapatkan dari pengusaha Made Oka Masagung dan Andi Narogong.
"Puan Maharani, Ketua Fraksi PDIP, dan Pramono, masing-masing 500.000 dolar AS. Itu keterangan Made Oka," ujarnya di hadapan majelis hakim.
Namun, Pramono Anung membantah keras tuduhan tersebut. Ia menyatakan bahwa dirinya tidak memiliki kaitan apapun dengan kasus e-KTP.
"Ini semuanya menyangkut orang lain dia bilang. Tapi untuk dirinya sendiri, dia selalu bilang tidak ingat," tegas Pramono kala itu.
Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, juga merespons dengan menyebut kesaksian Setya Novanto hanyalah upaya untuk mendapatkan status justice collaborator dan keringanan hukuman.
Nazaruddin Ungkap Fakta Baru: Ganjar Juga Disebut Terima Uang
Kesaksian lain muncul dari mantan anggota DPR, M. Nazaruddin, yang menyebut Ganjar Pranowo awalnya menolak uang dari proyek e-KTP.
Namun, akhirnya Nazaruddin mengaku melihat langsung Ganjar menerima USD 500 ribu.
"Awalnya, semua wakil ketua diberi 100 ribu dolar, tapi Pak Ganjar tidak mau," ujar Nazaruddin dalam sidang pada 2018.
Baca Juga: Fenomena Pagar Laut Juga Terjadi di Sepanjang Semarang Demak
Namun, ia melanjutkan bahwa Ganjar akhirnya meminta dan menerima USD 500 ribu.
Akankah KPK Berani Bertindak?
Kesaksian para saksi, termasuk Tannos, Novanto, dan Nazaruddin, menjadi tantangan besar bagi KPK. Dukungan publik untuk pengusutan tuntas kasus ini semakin menguat.
Apalagi, kasus ini melibatkan tokoh-tokoh penting yang memiliki pengaruh besar di ranah politik.
Artikel Terkait
Deretan Fakta Mengejutkan Usai Rumah Eks Ketum PPP Djan Faridz Digeledah KPK Terkait Kasus Harun Masiku
Mengejutkan! Djan Faridz Masuk Radar KPK dalam Kasus Harun Masiku, Apa Perannya?
Buronan 5 Tahun KPK Paulus Tannos Akhirnya Ditangkap di Singapura, Korupsi e-KTP Terkuak Lagi
Dana CSR BI Diduga Kena korupsi, Tiga Politisi Asal Lampung di DPR RI Terancam Diperiksa KPK, Siapakah Mereka?
Kejagung dan KPK Berpacu Pulangkan Buron e-KTP Paulus Tannos dari Singapura