Investor dan pemangku kepentingan perlu mengetahui rencana perusahaan dalam mengembangkan armadanya, karena ini berkaitan langsung dengan potensi pendapatan dan profitabilitas di masa depan.
Oleh karena itu, langkah Emirsyah dalam mempresentasikan fleet plan kepada berbagai pihak bisa dipahami dari sudut pandang upaya menarik minat investor dan meyakinkan pihak asuransi.
Kasus korupsi yang melibatkan Emirsyah Satar dan pengadaan pesawat CRJ-1000 dan ATR 72-600 telah menimbulkan dampak signifikan bagi Garuda Indonesia.
Selain kerugian finansial yang mencapai triliunan rupiah, reputasi maskapai nasional ini juga tercoreng di mata publik dan pemangku kepentingan internasional.
Kepercayaan terhadap manajemen perusahaan pun mengalami penurunan drastis.
Namun, di balik kasus ini, terdapat pelajaran penting tentang pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan perusahaan, terutama yang berstatus BUMN.
Baca Juga: Peringatan Dini Cuaca BMKG, Hujan Lebat Mengancam Jakarta dan Sejumlah Wilayah Indonesia Hari Ini
Upaya memperbaiki tata kelola perusahaan dan memperketat pengawasan internal menjadi langkah krusial untuk mencegah terulangnya kasus serupa di masa depan.
Daftar Produsen Pesawat yang Diundang oleh Garuda Indonesia:
1. Airbus
2. Boeing
3. Embraer
4. Bombardier***
Artikel Terkait
Membongkar Akar Korupsi di Indonesia: Sistem Cacat, Penegakan Hukum Lemah, dan Elite Serakah
Bongkar Kasus Korupsi Jual-Beli Gas PGN, Sederet Pejabat Dipanggil KPK
Keadilan di Indonesia, Mimpi Reformasi yang Terkikis Korupsi
KPK Ungkap Modus Korupsi Baru di DJKA Kemenhub, Penentuan Pemenang Sebelum Lelang
KPK Tetapkan Pejabat Pembuat Komitmen BTP Semarang sebagai Tersangka Kasus Korupsi DJKA