Di Singapura, lonjakan tak kalah mencolok.
Dalam satu pekan, kasus meningkat hampir 30 persen, dari 11.100 menjadi 14.200 kasus per minggu.
Rata-rata jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit harian juga naik dari 102 menjadi 133 orang.
Pemerintah Singapura menyebut varian LF.7 dan NB.1.8 sebagai penyebab utama lonjakan ini.
Keduanya merupakan turunan dari varian JN.1 yang saat ini mendominasi infeksi di negara tersebut.
Menariknya, varian JN.1 juga menjadi basis utama dalam vaksin COVID-19 terbaru yang digunakan di sana.
Ini menunjukkan strategi vaksinasi yang dirancang memang menyesuaikan dengan dinamika mutasi virus.
Sementara itu di Thailand, gelombang kasus baru muncul pasca libur nasional.
Negara ini telah mencatat 71.067 kasus dan 19 kematian akibat COVID-19 sepanjang tahun 2025.
Meskipun angka kematian tergolong rendah, para pakar memperingatkan bahwa pelonggaran protokol kesehatan dan rendahnya minat vaksinasi ulang bisa menjadi pemicu ledakan kasus berikutnya.
Situasi ini membuat otoritas kesehatan Thailand kembali meninjau ulang kebijakan pencegahan.
Pengetatan pengawasan serta kampanye vaksinasi ulang kemungkinan akan diperluas dalam waktu dekat.
Ketiga negara ini kini menghadapi tantangan besar dalam menahan laju penyebaran COVID-19 di tengah menurunnya kesadaran masyarakat akan pentingnya protokol kesehatan.