Lahir di Tel Aviv, ia tumbuh di negara bagian New Jersey, AS, tetapi kembali ke Israel setelah menyelesaikan sekolah menengah untuk bergabung dengan tentara.
"Saat kami memulai malam liburan di AS, keluarga kami di Israel bersiap untuk duduk di sekitar meja Seder," kata keluarga Alexander dalam sebuah pernyataan.
"Edan kami, seorang prajurit tunggal yang berimigrasi ke Israel dan mendaftar di Brigade Golani untuk membela negara dan warganya, masih ditawan oleh Hamas. Ketika Anda duduk untuk merayakan Paskah, ingatlah bahwa ini bukanlah hari libur kebebasan selama Edan dan sandera lainnya tidak ada di rumah," keluarga tersebut menambahkan, sebagaimana dinyatakan dalam laporan AFP.
Dalam video tersebut, Alexander tampak berbicara di bawah tekanan, terus-menerus membuat gerakan tangan saat ia mengkritik pemerintah Israel yang dipimpin Perdana Menteri Benjamin Netanyahu karena gagal membebaskannya.
Ia terlihat mempertanyakan pemerintah Israel dan pemerintahan Presiden AS Donald Trump tentang mengapa ia masih ditawan, dan meminta agar ia dibebaskan dan diizinkan untuk kembali ke keluarganya dengan selamat.
"Sepertinya kami tidak diinginkan dan kami telah ditelantarkan di sini. Saya terpuruk karena dunia yang menjijikkan ini dan pemerintahan Israel yang menjijikkan. Setiap hari, saya melihat bahwa ia Netanyahu mengendalikan negara seperti seorang diktator,” kata Alexander dalam video tersebut.
"Saya terpuruk secara fisik dan mental. Tiga minggu lalu, saya mendengar bahwa Hamas siap membebaskan saya. Namun, Anda menolak dan meninggalkan saya di sini! Katakan kepada saya, mengapa? Mengapa saya di sini dan tidak di rumah bersama keluarga dan teman-teman saya? Mengapa saya merekam video kedua saya hari ini? Mengapa?" katanya.
Ia lebih lanjut mengecam pemerintah Israel, pemerintahan Amerika karena telah berbohong kepadanya.
"Semua orang berbohong kepada saya, rakyat saya, pemerintah Israel dan pemerintahan Amerika. Militer dan semua orang lainnya,” tambahnya.
Video tersebut dirilis beberapa jam setelah Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengumumkan bahwa militer telah menguasai poros Morag baru antara kota Rafah dan Khan Yunis di Gaza selatan.
Baca Juga: Cara Menghitung Usia Kucing ke Usia Manusia, Biar Nggak Salah Rawat Anabul
Katz juga mengungkapkan rencana untuk mengintensifkan serangan Israel yang sedang berlangsung di seluruh Jalur Gaza.
Dalam pernyataan lain yang dirilis pada hari Sabtu, Hamas menyatakan bahwa operasi Israel di Gaza tidak hanya membahayakan warga sipil Palestina, tetapi juga membahayakan para sandera yang tersisa.