HUKAMANEWS GreenFaith - Semangat baru mulai tumbuh dari akar rumput. Di tengah maraknya proyek nikel dan PLTU yang mencemari udara dan laut, kelompok muda lintas iman menyerukan perubahan arah menuju energi bersih yang berkeadilan.
Green Faith Indonesia bersama komunitas lintas agama menilai, transisi energi hanya akan berhasil jika masyarakat akar rumput menjadi bagian dari prosesnya.
“Transisi energi tidak boleh berhenti di ruang-ruang rapat para elite. Ia harus berpihak pada rakyat kecil,” kata Hening Parlan.
Laporan mereka menunjukkan bagaimana warga pesisir, petani, dan masyarakat adat menjadi korban ganda: kehilangan lahan, udara kotor, dan laut tercemar logam berat.
Di sisi lain, anak muda mulai bergerak dengan inovasi energi terbarukan berbasis lokal — dari pembangkit mikrohidro di desa, hingga panel surya mandiri di sekolah-sekolah.
“Generasi muda punya tanggung jawab moral untuk memastikan bumi tetap layak dihuni,” ujar Romo Charles Lamaberaf.
Baca Juga: Sumpah Pemuda dan Mimpi Antikorupsi yang Tersesat di Jalan Kekuasaan
Green Faith Indonesia bahkan menyerukan keterlibatan aktif pemuda dalam forum-forum energi global agar suara mereka didengar.
Dalam pandangan mereka, masa depan energi Indonesia bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang nilai dan kemanusiaan.
“Keadilan energi berarti tak ada yang tertinggal—manusia, alam, dan generasi masa depan harus mendapat tempat yang sama,” kata Hening.
Baca Juga: Raja Keraton Surakarta PB XIII Wafat, Prosesi Pemakaman Penuh Adat Mulai Disiapkan
Dari gerakan iman hingga aksi nyata anak muda, arah baru transisi energi kini mulai ditata: bukan sekadar mengganti sumber daya, tetapi menegakkan keadilan sosial dan ekologis.***