HUKAMANEWS 1000 Cahaya - Di kaki Gunung Merapi, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, sebuah gerakan hijau lahir dari tangan komunitas kecil Muhammadiyah. Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Gunungpring, bersama tiga Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di bidang pendidikan, meluncurkan program “Green Ranting”—sebuah inisiatif pengelolaan sampah berbasis pendidikan, teknologi, dan nilai keislaman.
Program ini melibatkan SD Muhammadiyah Gunungpring, SMP Muhammadiyah Plus Gunungpring, dan SMA Taruna Muhammadiyah Gunungpring. Dari sekolah-sekolah inilah muncul gagasan bahwa langkah kecil yang terencana mampu memberi dampak besar bagi lingkungan.
Sebagai salah satu pusat perekonomian Magelang, Muntilan berkembang pesat. Namun, perkembangan itu membawa konsekuensi: alih fungsi lahan dan bertambahnya volume sampah. PRM Gunungpring melihat masalah ini bukan sekadar urusan teknis, melainkan tanggung jawab moral. Mereka memilih bertindak, bukan sekadar mengeluh.
Dengan sistem pengelolaan sampah terintegrasi, PRM Gunungpring merancang program yang menyentuh tiga aspek: edukasi, aksi nyata, dan pemanfaatan teknologi.
Tiga Sekolah, Satu Visi
SD Muhammadiyah Gunungpring menjadi pelopor dengan jumlah siswa lebih dari 700 orang. Pemilahan sampah organik dan anorganik diterapkan ketat. Siswa diajak menanamkan kebiasaan membuang sampah pada tempatnya melalui pendidikan sehari-hari. Sekolah juga rutin menanam pohon untuk menciptakan suasana sejuk sekaligus ruang belajar alami.
SMP Muhammadiyah Plus Gunungpring melanjutkan estafet. Edukasi lingkungan dimasukkan dalam kurikulum, sementara halaman sekolah dipenuhi tanaman hijau. Tanaman bukan hanya hiasan, tetapi juga media belajar praktis tentang ekosistem. Dari sinilah budaya peduli lingkungan dibangun sejak dini.
Lebih jauh, SMA Taruna Muhammadiyah Gunungpring yang memiliki asrama mengembangkan pola lebih luas. Selain pemilahan sampah, mereka rutin menggelar penghijauan massal setiap akhir pekan. Semua siswa diwajibkan ikut serta, sehingga tercipta tanggung jawab kolektif. Sekolah bahkan menyusun panduan resmi tentang tata kelola sampah dan penghijauan yang harus dipatuhi seluruh warga sekolah.
Berkat komitmen itu, ketiga sekolah memperoleh predikat Adiwiyata, sebuah penghargaan bagi sekolah berwawasan lingkungan. Namun, PRM Gunungpring tidak berhenti pada prestasi. Mereka melangkah lebih jauh dengan rencana pemanfaatan teknologi ramah lingkungan.
Salah satu rencana besar adalah pemasangan panel surya di sekolah-sekolah Muhammadiyah Gunungpring. Selain untuk efisiensi energi, langkah ini juga menjadi pendidikan nyata tentang transisi energi bersih bagi siswa.
Tak berhenti di situ, PRM Gunungpring juga berencana menghadirkan mesin pengolah sampah mandiri. Sampah organik akan diolah menjadi pupuk, sementara sampah anorganik dipilah menjadi barang bernilai ekonomi. Dengan cara ini, sampah bukan lagi masalah, melainkan sumber daya baru.
Dimensi Keislaman
Yang membedakan program ini dengan inisiatif lain adalah pijakan nilai-nilai Islam. Ayat Al-Qur’an dalam Surah Al-A’raf 56 selalu mereka jadikan pengingat: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya.”
Hadis Rasulullah SAW juga menjadi rujukan: “Kebersihan adalah sebagian dari iman.” (HR. Muslim).
Dengan prinsip itu, Green Ranting tidak sekadar proyek lingkungan, melainkan manifestasi iman. Sampah dipandang sebagai amanah, kebersihan sebagai ibadah, dan penghijauan sebagai bentuk syukur.
“Green Ranting adalah bukti bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil,” ungkap salah seorang penggerak PRM Gunungpring.
Pernyataan ini menemukan maknanya ketika ratusan siswa, guru, dan masyarakat sekitar mulai terbiasa memilah sampah, menanam pohon, dan berbicara tentang energi terbarukan. Lebih penting lagi, kesadaran generasi muda tentang pentingnya menjaga bumi tumbuh kuat.