HUKAMANEWS GreenFaith - Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sejatinya bukan sekadar ritual seremonial yang dipenuhi lantunan shalawat dan ceramah, melainkan ruang refleksi mendalam tentang relevansi ajaran Rasulullah bagi tantangan zaman. Di tengah krisis iklim yang kian nyata, Maulid Nabi menghadirkan pesan yang lebih luas: menjaga bumi sebagai wujud penghambaan kepada Allah.
Hening Parlan, Koordinator GreenFaith Indonesia, dalam tulisannya menegaskan, spirit tauhid lingkungan menuntun kita untuk melihat bahwa merawat alam bukan hanya tugas ekologis, melainkan kewajiban spiritual. Nabi Muhammad SAW telah mencontohkan kesederhanaan, kasih sayang, dan kepedulian pada alam semesta. Maka, merayakan Maulid Nabi adalah menghidupkan kembali ajaran agung beliau: menjadi rahmat bagi seluruh alam, termasuk bumi yang kini tengah terluka.
Lebih lengkap, berikut ini catatan lengkapnya:
***
PERINGATAN Maulid Nabi Muhammad SAW selalu menjadi momentum penuh makna bagi umat Islam. Ia bukan hanya sekadar tradisi seremonial yang diisi dengan pembacaan shalawat, ceramah, atau perayaan budaya, melainkan sebuah ruang refleksi mendalam tentang nilai-nilai kenabian yang relevan bagi kehidupan kita hari ini. Salah satu nilai yang semakin mendesak untuk kita aktualisasikan adalah kepedulian terhadap kelestarian bumi.
Isu lingkungan hidup kini bukan sekadar persoalan ekologis, melainkan juga persoalan moral dan spiritual. Ketika kita merusak bumi, sejatinya kita sedang mengkhianati amanah Allah. Maka, membicarakan lingkungan hidup dalam konteks Maulid Nabi sejatinya adalah upaya menghidupkan tauhid lingkungan: memandang menjaga bumi sebagai bagian dari ibadah dan penghambaan kita kepada Allah.
Makna Maulid Nabi dan Kelestarian Bumi
Secara pribadi, Maulid Nabi selalu mengingatkan pada pesan agung bahwa Rasulullah diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin). Kata “alamin” tidak hanya merujuk pada manusia, tetapi juga pada hewan, tumbuhan, air, tanah, udara, bahkan ekosistem secara keseluruhan. Dengan demikian, merayakan Maulid Nabi bukanlah hanya mengenang perjalanan hidup beliau, tetapi juga menghidupkan spirit kasih sayang universal yang mencakup alam semesta.
Allah SWT berfirman:
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah Allah memperbaikinya.” (QS. Al-A’raf: 56).
Ayat ini memberikan landasan bahwa menjaga kelestarian bumi adalah perintah agama. Maka, Maulid Nabi menjadi momen untuk mengingat kembali tanggung jawab kita dalam menghadirkan keberkahan, bukan kerusakan.
Mengapa Lingkungan Harus Dibahas dalam Maulid Nabi?
Sebagian orang mungkin bertanya, mengapa lingkungan harus dibahas dalam peringatan Maulid Nabi, bukankah ada Hari Lingkungan Hidup sendiri? Jawabannya sederhana: karena Islam tidak memisahkan antara ibadah ritual dan sosial, antara urusan spiritual dan ekologis.
Hari Lingkungan Hidup adalah momentum global, tetapi Maulid Nabi adalah momentum spiritual umat. Mengaitkan keduanya akan memperdalam kesadaran bahwa menjaga bumi bukan hanya tugas aktivis lingkungan, melainkan kewajiban iman. Rasulullah SAW telah mencontohkan bahwa kebersihan, kesederhanaan, dan kepedulian terhadap alam adalah bagian integral dari ajaran Islam.
Artikel Terkait
Perjuangan Warga Pulau Pari Menolak Tenggelam di Tengah Krisis Iklim
Kondisi Pulau Pari Saat Ini: Pernah Makmur Kini Terjepit Abrasi, Reklamasi, dan Kriminalisasi
Jadi Gugatan Iklim Pertama di Swiss, Suara Kecil Pulau Pari Menantang Raksasa Semen Holcim
Dari Al Qur’an hingga Laudato Si: Pesan Lintas Iman untuk Pulau Pari
Faith for Pulau Pari: Iman, Keadilan, dan Pertarungan Menolak Tenggelam