Inspirasi Hijau dari Masjid Supangat Tuban, Bukti Dakwah Bisa Hadir Lewat Energi terbarukan

photo author
- Senin, 8 September 2025 | 22:00 WIB
Masjid Supangat, masjid pertama di Tuban yang gunakan listrik dari energi surya
Masjid Supangat, masjid pertama di Tuban yang gunakan listrik dari energi surya

HUKAMANEWS 1000 Cahaya — Masjid tidak hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga ruang untuk merawat bumi dan memperkuat solidaritas sosial. Di tengah tantangan krisis energi dan kerusakan lingkungan, Masjid Supangat di Tuban, Jawa Timur, menghadirkan teladan baru: memadukan dakwah spiritual dengan praktik nyata menjaga alam melalui penerapan energi terbarukan.

Didirikan pada 28 September 2024, masjid yang berada di tengah perkebunan dekat pesisir ini menjadi pionir penerapan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), Edi Utomo, menjelaskan, instalasi tersebut merupakan hibah dari NGO Aksara Nusantara. Akses listrik PLN yang terbatas justru menjadi pemicu lahirnya inovasi. “Dakwah lingkungan dan sosial harus berjalan beriringan,” ujarnya.

Hasilnya nyata. Sekitar 80–90 persen kebutuhan listrik masjid kini dipenuhi tenaga surya. Listrik dari PLN hanya digunakan untuk kebutuhan tambahan seperti kipas angin dan kulkas. Tagihan listrik berkurang drastis, bahkan menciptakan surplus dana yang kemudian dialihkan untuk program sosial.

Baca Juga: Maulid Nabi dan Tauhid Lingkungan: Meneladani Rasulullah dalam Menjaga Bumi

Surplus itu bukan sekadar angka di neraca keuangan. Setiap bulan, masjid menyalurkan sembako untuk jamaah, memberikan uang saku bagi anak-anak yang rajin mengikuti salat Subuh berjamaah, serta menyiapkan program inovatif, seperti kartu uang elektronik untuk remaja masjid hingga bimbingan belajar gratis dengan syarat ikut memakmurkan rumah ibadah.

Lebih dari sekadar penghematan energi, Masjid Supangat menjadikan listrik surya sebagai pintu dakwah sosial. “Apa yang tidak mampu kita kerjakan seluruhnya, jangan ditinggalkan semuanya,” kata Edi, mengutip kaidah fikih mā lā yudraku kulluh lā yutraku kulluh.

Di sisi spiritual, langkah ini juga memiliki pijakan kuat. Al-Qur’an surat Ṣād ayat 27 menegaskan bahwa langit dan bumi tidak diciptakan sia-sia. Ulama besar seperti Wahbah Zuhaili bahkan mengingatkan, iman seseorang patut dipertanyakan jika menganggap lingkungan tidak memiliki tujuan.

Kehadiran Masjid Supangat sekaligus menjadi pengingat bahwa dakwah tidak hanya berbicara soal surga dan akhirat, tetapi juga kehidupan nyata di bumi. Dengan energi surya, masjid mampu memperkuat kesadaran lingkungan, menekan biaya, serta menghadirkan manfaat langsung bagi masyarakat.

Baca Juga: Keadilan Fiskal dan Martabat Demokrasi

Model “green masjid” ini memberi inspirasi baru. Dengan dukungan pemerintah, NGO, dan masyarakat, energi terbarukan berpotensi menjadi standar baru bagi rumah ibadah di Indonesia. Masjid Supangat menunjukkan bahwa spiritualitas, teknologi, dan keberlanjutan dapat berjalan beriringan.

Green masjid adalah bukti bahwa dakwah bisa hadir dalam bentuk yang lebih luas: bukan hanya lantunan doa di langit, tetapi juga kepedulian nyata menjaga bumi tempat kita berpijak.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Sukowati Utami JI

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Banjir Sumatra dan Krisis Moral Ekologis Bangsa

Sabtu, 6 Desember 2025 | 22:05 WIB

Tragedi Sumatera, Ketika Kesucian Alam Dipertaruhkan

Kamis, 4 Desember 2025 | 14:07 WIB
X