climate-justice

Kolaborasi Lintas Agama dan Budaya Jadi Kunci Lingkungan Berkelanjutan

Minggu, 23 Februari 2025 | 16:30 WIB
Foto bersama peserta FGD (HukamaNews.com)

HUKAMANEWS Greenfaith - Sawahlunto, kota tua yang kini menjadi destinasi wisata bersejarah, tengah menghadapi tantangan besar akibat perubahan iklim.

Dari peningkatan risiko banjir hingga degradasi lingkungan, kota ini membutuhkan solusi berkelanjutan.

Inisiatif baru dari Eco Bhinneka Muhammadiyah bersama GreenFaith dan Oxford Policy Management Limited (OPML) membuka peluang besar untuk kolaborasi lintas agama dan budaya dalam mengelola risiko lingkungan.

Forum diskusi yang digelar melibatkan berbagai elemen masyarakat untuk mencari solusi terbaik guna menjaga warisan alam dan budaya Sawahlunto.

Baca Juga: BPI Danantara Digadang-gadang Bakal Untungkan RI, Tapi Kok Banyak yang Curiga?

Sawahlunto bukan sekadar kota wisata tambang tua, tetapi juga simbol keberagaman budaya dan agama di Indonesia.

Dengan statusnya sebagai warisan dunia UNESCO, kota ini memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga keseimbangan lingkungan.

Sayangnya, bencana seperti longsor dan banjir menjadi ancaman yang kerap terjadi.

“Di Sawahlunto, bencana longsor dan banjir beberapa kali terjadi, dan kami tidak ingin hal ini berulang, apalagi mengakibatkan korban jiwa. Muhammadiyah bertekad aktif dalam mengelola lingkungan demi memastikan ketersediaan sumberdaya alam yang baik dan kehidupan yang sehat bagi masyarakat,” ujar Asrul, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Sawahlunto.

Baca Juga: Coretax Senilai Rp1,3 Triliun Error Bikin Pajak Tekor, KPK Nggak Boleh Kendor Jaring Koruptor

Melalui forum diskusi ini, berbagai tokoh agama, adat, kelompok perempuan, serta penyandang disabilitas berbagi pandangan mengenai pembangunan lingkungan yang berkelanjutan.

Mereka menyoroti bagaimana ajaran agama dapat menjadi landasan moral dalam mengelola lingkungan.

Hening Parlan, Advisor Eco Bhinneka Muhammadiyah, menjelaskan bahwa forum ini akan menghasilkan rekomendasi kepada pemerintah agar kebijakan lingkungan lebih inklusif.

“Pada forum ini, kita akan mendengarkan pandangan lintas agama, kelompok adat, perempuan, dan penyandang disabilitas terkait pembangunan lingkungan. Rangkuman dari kegiatan ini akan disampaikan kepada pemerintah, dengan tujuan untuk memberikan rekomendasi terkait pembangunan lingkungan yang inklusif dan berkelanjutan," ucap Hening. 

Pemerintah Kota Sawahlunto juga menyambut baik kegiatan ini.

Halaman:

Tags

Terkini

Banjir Sumatra dan Krisis Moral Ekologis Bangsa

Sabtu, 6 Desember 2025 | 22:05 WIB

Tragedi Sumatera, Ketika Kesucian Alam Dipertaruhkan

Kamis, 4 Desember 2025 | 14:07 WIB