HUKAMANEWS 1000 Cahaya — Suasana hangat terasa pada Ahad (14/9/2025) siang di Nguter, Sukoharjo, Jawa Tengah. Meski acara dimulai pukul 13.30—15.00, waktu yang biasanya membuat kantuk, lebih dari seribu ibu-ibu berseragam khas Aisyiyah dengan jilbab kuning tetap hadir penuh semangat.
Dari 20 ranting di 16 kelurahan, mereka berkumpul dalam pengajian rutin Aisyiyah Cabang Nguter, menjadikan forum ini bukan hanya ruang pembelajaran iman, tetapi juga pergerakan sosial.
Acara dibuka dengan hafalan surat pendek dan doa iftitah yang dipandu pengurus Majelis Tarjih. Disiplin, kebersamaan, dan keceriaan menyatu, mencerminkan wajah Aisyiyah yang kokoh menjaga tradisi pengajian sebagai jantung kegiatan dakwah dan penguatan komunitas.
Pada kesempatan itu, Hening Parlan, Direktur 1000 Cahaya, hadir menyampaikan tausiyah bertema GreenHero: Aisyiyah Pejuang Lingkungan, Penjaga Bumi. Pesan tentang pentingnya menjaga alam dan peran perempuan dalam menghadapi krisis iklim disambut antusias.
“Pertanyaan datang bertubi-tubi dari para ibu dan mbah-mbah, menandakan semangat yang tak surut meski siang hari biasanya membuat lelah,” tutur Hening.
Baca Juga: Keteguhan Perempuan Pulau Pari Mempertahankan Tanah Leluhur dan Menjaga Ruang Hidup
Ia menilai, pengajian Aisyiyah menjadi medium strategis untuk menanamkan kesadaran ekologis di tengah masyarakat. Solidaritas perempuan yang terbangun dari forum keagamaan ini bisa diarahkan tidak hanya untuk memperkuat spiritualitas, tetapi juga memperkuat kepedulian terhadap lingkungan.
Tak hanya pengajian, kegiatan juga diramaikan dengan bazar Majelis Ekonomi yang menjajakan lauk-pauk, sayuran, hingga kebutuhan rumah tangga. Setiap ranting rutin mengumpulkan dana abadi Rp100 ribu per bulan. Dana ini menjadi modal sosial untuk menopang aktivitas pengajian sekaligus membantu warga yang membutuhkan.
Kisah Arini dan 1000 Cahaya
Kisah inspiratif lahir dari sosok Arini, penggagas pengajian rutin Aisyiyah Cabang Nguter. Sejak 17 tahun lalu, ia memulai pengajian dengan hanya 13—15 peserta. Konsistensinya membuat jaringan ranting Aisyiyah di Nguter berkembang. Saat usaha jamu keluarga maju, ia menyumbang Rp400 ribu per bulan kepada setiap ranting untuk mendukung kegiatan pengajian.
Meski tidak menamatkan sekolah dasar, Arini dikenal sebagai pejuang Aisyiyah sejati. Di usia senja, ia memilih kesederhanaan: bertanam sayur dan beternak kambing yang kini jumlahnya lebih dari 1.000 ekor. Bersama sang suami, ia membeli lahan kering untuk disuburkan hingga bisa ditanami, menegaskan komitmen hidupnya pada kerja keras dan kebermanfaatan.
Baca Juga: Demi Keadilan Iklim, Dua Warga Pulau Pari Terbang ke Swiss Hadapi Raksasa Semen Holcim
Dalam sambutannya, Hening juga memperkenalkan program 1000 Cahaya, gerakan lingkungan yang diinisiasi Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Program ini menekankan tiga pilar: edukasi masyarakat, implementasi energi bersih dan efisiensi energi, serta kolaborasi lintas komunitas mulai dari sekolah, pesantren, hingga masjid.
“Tujuannya jelas, mewujudkan transisi energi berkeadilan, mengurangi emisi karbon, sekaligus membangun kesadaran kolektif untuk menjaga bumi,” ujarnya.
Artikel Terkait
Inspirasi Hijau dari Masjid Supangat Tuban, Bukti Dakwah Bisa Hadir Lewat Energi terbarukan
Agama: Musuh atau Sahabat Lingkungan?
Green Ranting Gunungpring, Mengelola Sampah dengan Iman, Mewujudkan Sekolah Berkelanjutan
Lentera Perubahan dari Keberagaman, Spiritualitas sebagai Energi Merawat Bumi
Iman, Ekologi, dan Keadilan Energi: Jalan Islam untuk Bumi Berkelanjutan
Hijau dari Lorong Patangpuluhan, Cara Unik Muhammadiyah Gerakkan Warga Menyelamatkan Bumi