Pandangan ini relevan dengan upaya konservasi modern, di mana hubungan manusia dan ekosistem harus dijaga agar tetap seimbang.
Di tengah ancaman perubahan iklim dan eksploitasi lingkungan, ajaran Madrais kembali menjadi pengingat bahwa kita adalah bagian dari alam, bukan penguasanya.
Manuskrip Madrais: Bukti Sejarah Perjuangan Lingkungan
Manuskrip peninggalan Madrais bukan sekadar catatan ajaran spiritual.
Pada tahun 2014, naskah ini menjadi bukti penting dalam sengketa hutan adat Leuweung Leutik di Cigugur, Kuningan.
Informasi dalam manuskrip membantu komunitas adat mempertahankan hak mereka atas hutan yang terancam eksploitasi.
Ini menunjukkan bahwa ajaran leluhur bukan hanya cerita masa lalu, tetapi masih relevan sebagai alat perjuangan dalam menjaga kelestarian alam.
Digitalisasi: Menyelamatkan Ajaran Madrais untuk Generasi Mendatang
Agar tidak hilang ditelan zaman, manuskrip Madrais kini didigitalisasi melalui proyek DREAMSEA (Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia).
Inisiatif ini, yang digagas oleh PPIM UIN Jakarta, telah menyelamatkan 628 manuskrip Madrais yang setara dengan 38.486 halaman.
Upaya ini bukan sekadar melestarikan dokumen, tetapi juga menjaga pesan penting tentang harmoni manusia dan alam agar dapat diwariskan kepada generasi mendatang.
REACT: Mewujudkan Ajaran Leluhur dalam Aksi Nyata
Gerakan Religious Environmentalism Actions (REACT) mengajak masyarakat untuk menerapkan nilai-nilai spiritual dalam aksi pelestarian lingkungan.
Artikel Terkait
Ramadan Hijau, Menggugah Kesadaran Ekologis di Tengah Tradisi Ibadah
Transisi Energi Tak Hanya Soal Mengganti Energi Kotor Menuju Energi Bersih, Tapi Juga Harus Adil Bagi Kelompok Rentan
Ramadhan Hijau, Saatnya Beribadah Sambil Menjaga Lingkungan
Menjaga Lingkungan Sebagai Bagian dari Iman, Solusi Berbasis Kepercayaan untuk Indonesia
Timbulsloko Hilang Ditelan Laut! Bukti Nyata Krisis Iklim yang Mengancam Ribuan Desa Pesisir