Namun, upaya mengatasi krisis ini tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah atau teknologi semata.
Kesadaran kolektif dan nilai-nilai keimanan juga memiliki peran penting.
Menjaga alam bukan hanya kewajiban ekologis, tetapi juga amanah moral.
Kerusakan lingkungan yang terjadi adalah konsekuensi dari eksploitasi yang berlebihan tanpa memperhitungkan keseimbangan alam.
Baca Juga: Putus Mata Rantai Grup WA Orang - Orang Senang, Kejaksaan Agung Larang Tersangka Bawa HP di Tahanan
Kita tidak bisa lagi menunda. Apa yang terjadi di Timbulsloko bisa menjadi gambaran masa depan bagi banyak daerah pesisir lainnya.
Perubahan harus dimulai sekarang, dari cara kita menggunakan energi hingga pola konsumsi yang lebih ramah lingkungan.
Timbulsloko mengajarkan kita satu hal: alam selalu memberi peringatan.
Sekarang, pilihan ada di tangan kita—apakah kita akan bertindak atau membiarkan lebih banyak desa tenggelam tanpa jejak?***
Artikel Terkait
Harmoni untuk Bumi, Ketika Iman Menjadi Kekuatan dalam Perjuangan Melawan Krisis Iklim di Maluku
Ramadan Hijau, Menggugah Kesadaran Ekologis di Tengah Tradisi Ibadah
Transisi Energi Tak Hanya Soal Mengganti Energi Kotor Menuju Energi Bersih, Tapi Juga Harus Adil Bagi Kelompok Rentan
Ramadhan Hijau, Saatnya Beribadah Sambil Menjaga Lingkungan
Menjaga Lingkungan Sebagai Bagian dari Iman, Solusi Berbasis Kepercayaan untuk Indonesia