HUKAMANEWS Greenfaith - Timbulsloko, sebuah desa di pesisir utara Jawa, kini tinggal kenangan.
Dahulu, desa ini dikenal sebagai wilayah pertanian dan perikanan yang subur.
Namun, sejak 2016, banjir rob terus menerjang hingga menenggelamkan desa pesisir ini hingga dua meter.
Laut telah mengambil segalanya. Rumah, tambak ikan, dan ladang yang dulu menjadi sumber kehidupan kini berubah menjadi genangan air asin.
Warga yang bertahan semakin kehilangan harapan. Mereka tidak hanya kehilangan tempat tinggal, tetapi juga identitas sebagai petani dan nelayan.
Baca Juga: Sidang Hasto Kristiyanto Siap Digelar, PDIP Siapkan 17 Nama Kuasa Hukum
Fenomena ini bukan sekadar bencana alam. Ini adalah dampak nyata dari krisis iklim yang semakin parah.
Perubahan suhu global telah mencairkan es di kutub, menaikkan permukaan laut, dan memperburuk abrasi di wilayah pesisir.
Timbulsloko hanyalah salah satu korban dari bencana yang lebih besar.
Ketergantungan manusia pada energi fosil mempercepat kehancuran ini.
Penggunaan batu bara, minyak, dan gas alam yang berlebihan menyebabkan emisi gas rumah kaca meningkat drastis.
Baca Juga: Oppo Find X8 Ultra, Bocoran Spesifikasi Diklaim Akurat, Ini Detailnya!
Akibatnya, suhu bumi terus naik, cuaca semakin ekstrem, dan wilayah pesisir makin terancam tenggelam.
Saatnya beralih ke energi terbarukan. Sumber energi seperti matahari, angin, dan biomassa harus menjadi prioritas utama.
Transisi energi yang berkeadilan harus dilakukan agar tidak ada yang tertinggal, terutama masyarakat yang paling rentan terdampak krisis iklim.
Artikel Terkait
Harmoni untuk Bumi, Ketika Iman Menjadi Kekuatan dalam Perjuangan Melawan Krisis Iklim di Maluku
Ramadan Hijau, Menggugah Kesadaran Ekologis di Tengah Tradisi Ibadah
Transisi Energi Tak Hanya Soal Mengganti Energi Kotor Menuju Energi Bersih, Tapi Juga Harus Adil Bagi Kelompok Rentan
Ramadhan Hijau, Saatnya Beribadah Sambil Menjaga Lingkungan
Menjaga Lingkungan Sebagai Bagian dari Iman, Solusi Berbasis Kepercayaan untuk Indonesia