Kolaborasi Lintas Iman untuk Menggali Peran Agama dalam Mengelola Risiko Lingkungan

photo author
- Rabu, 19 Februari 2025 | 07:00 WIB
Kolaborasi lintas agama dalam advokasi lingkungan makin kuat! Simak peran komunitas keagamaan dalam menghadapi krisis iklim. (HukamaNews.com)
Kolaborasi lintas agama dalam advokasi lingkungan makin kuat! Simak peran komunitas keagamaan dalam menghadapi krisis iklim. (HukamaNews.com)

HUKAMANEWS Greenfaith - Dalam menghadapi ancaman lingkungan yang semakin nyata, komunitas lintas agama di Indonesia mulai mengambil peran aktif dalam advokasi lingkungan.

Berbagai organisasi keagamaan bersatu untuk mengatasi krisis iklim melalui pendekatan berbasis nilai spiritual.

Langkah ini diyakini mampu memperkuat kesadaran ekologis di masyarakat serta mendorong aksi nyata untuk keberlanjutan lingkungan.

Dengan jumlah bencana terkait iklim yang terus meningkat, peran agama bukan hanya soal moralitas, tetapi juga strategi konkret dalam pengelolaan risiko lingkungan.

Baca Juga: Kemenag Gelar Pemantauan Hilal di 125 Titik, Kapan Puasa Ramadhan 2025 Dimulai?

Sebagai bentuk komitmen nyata, Eco Bhineka Muhammadiyah, GreenFaith Indonesia, dan Low Carbon Development Initiative (LCDI) menggelar Forum Group Discussion (FGD) bertajuk: "Kerja-kerja Advokasi dalam Keterlibatan Keagamaan dan Lintas Iman untuk Mengelola Risiko Lingkungan" pada 13 Februari 2025.

Acara ini menjadi wadah penting bagi pemuka agama, akademisi, dan komunitas keagamaan untuk berbagi gagasan serta memperkuat kerja sama lintas iman dalam upaya mitigasi krisis iklim.

Direktur Eco Bhineka Muhammadiyah, Hening Parlan, menegaskan bahwa forum ini bertujuan untuk memperkuat advokasi berbasis agama dalam isu lingkungan.

Baca Juga: Lebih Kecil, Lebih Gahar! Oppo Find X8 Mini Hadir dengan Desain Tipis, Kamera Periskop 50MP, dan Fast Charging 80W

"Menurut data BNPB 2024, sekitar 2.100 bencana terjadi di Indonesia, dan 98 persen berkaitan erat dengan perubahan iklim. Oleh karena itu, komunitas agama memiliki peran strategis dalam menumbuhkan kesadaran kolektif demi lingkungan yang lebih baik," ujarnya.

Dalam diskusi tersebut, sejumlah tokoh agama turut memberikan perspektifnya.

Prof. Dr. Ir. Prabang Setyono, pakar lingkungan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) sekaligus Dewan Pakar Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah, menekankan bahwa advokasi lingkungan harus berbasis komunitas.

"Muhammadiyah telah menjalankan berbagai program edukasi dan advokasi lingkungan, termasuk konservasi sumber daya alam dan pengelolaan limbah," jelasnya.

Baca Juga: Ponakan Petinggi Ini Disebut-sebut Jadi Bos Danantara yang Bakal Kelola Rp14.715 Triliun, Jangan Sampai Jadi Bancakan, Hukuman Mati Saja Tak Cukup!

Dari perspektif Kristen, Prof. Dr. Binsar P. P. Simanjuntak, Rektor Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Jakarta, menekankan bagaimana teologi lingkungan dalam ajaran Kristen dapat menjadi dasar etis dalam perlindungan alam.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kazuki Rahmadani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Banjir Sumatra dan Krisis Moral Ekologis Bangsa

Sabtu, 6 Desember 2025 | 22:05 WIB

Tragedi Sumatera, Ketika Kesucian Alam Dipertaruhkan

Kamis, 4 Desember 2025 | 14:07 WIB
X