Kelompok Miskin di Tengah Krisis Iklim, Rentan dan Terlupakan

photo author
- Jumat, 24 Januari 2025 | 19:00 WIB
Banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara dipicu cuaca ekstrem pada 2019.
Banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara dipicu cuaca ekstrem pada 2019.

HUKAMANEWS GreenFaith - Perubahan iklim adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dunia saat ini. Namun, dampaknya tidak dirasakan secara merata. Di Indonesia, kelompok masyarakat miskin menjadi pihak yang paling terpukul oleh bencana yang timbul akibat perubahan iklim.

Banjir, longsor, dan bencana lainnya menjadi ancaman nyata yang terus menghantui, sementara akses terhadap mitigasi dan adaptasi iklim terasa jauh dari jangkauan mereka. Dalam konteks ini, keadilan iklim menjadi isu yang sangat penting untuk diangkat.

Indonesia adalah salah satu negara dengan risiko bencana alam tertinggi di dunia. Banjir dan longsor menjadi ancaman nyata bagi masyarakat miskin, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil.

Baca Juga: Momen Langka! Prabowo Disambut Hangat WNI Larut Malam di New Delhi

Misalnya, di sejumlah wilayah seperti Kalimantan Selatan, banjir besar pada awal tahun 2021 menggenangi ribuan rumah. Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat lebih dari 100.000 orang terdampak, sebagian besar berasal dari kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.

Ketika bencana terjadi, masyarakat miskin adalah yang paling sulit bangkit. Rumah mereka sering kali berada di lokasi rawan seperti bantaran sungai atau lereng bukit yang rentan longsor. Selain itu, rumah-rumah ini sering dibangun tanpa standar keamanan yang memadai, menjadikannya sangat rentan terhadap kerusakan.

Sebagai contoh, di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, longsor pada tahun 2022 menghancurkan puluhan rumah dan menewaskan sejumlah warga, sebagian besar dari kalangan petani kecil yang menggantungkan hidupnya pada lahan yang kini tak lagi bisa digunakan.

Baca Juga: Para Perampok yang Bersembunyi di Balik Atribut Kekuasaan

Kesenjangan Akses terhadap Mitigasi Bencana

Salah satu bentuk nyata ketidakadilan iklim adalah kesenjangan akses terhadap mitigasi bencana. Masyarakat miskin kerap kali tidak memiliki akses yang memadai terhadap informasi peringatan dini, perlindungan infrastruktur, dan layanan darurat. Dalam banyak kasus, mereka bahkan tidak memiliki pilihan untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Sebagai perbandingan, masyarakat kelas menengah atas di kota besar memiliki akses ke informasi bencana melalui aplikasi smartphone, jaringan komunikasi yang stabil, dan sarana transportasi yang memadai untuk evakuasi. Sebaliknya, masyarakat di pedesaan terpencil sering kali hanya bergantung pada informasi dari mulut ke mulut atau pengumuman seadanya dari aparat desa.

Bahkan setelah bencana berlalu, masyarakat miskin sering kali tidak mendapatkan bantuan yang cukup. Studi dari Oxfam Indonesia menunjukkan bahwa distribusi bantuan sering kali tidak merata, dengan kelompok yang paling membutuhkan justru sering terabaikan. Salah satu penyebabnya adalah minimnya data yang akurat tentang kelompok rentan di daerah terpencil. Tanpa data yang memadai, kebijakan mitigasi dan distribusi bantuan menjadi tidak efektif.

Baca Juga: Emil Salim Ingatkan Kabinet Prabowo: Jangan Lupa, Kerja untuk Bangsa Bukan Golongan!

Kebijakan Iklim yang Sering Mengabaikan Masyarakat Kecil

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Sukowati Utami JI

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Banjir Sumatra dan Krisis Moral Ekologis Bangsa

Sabtu, 6 Desember 2025 | 22:05 WIB

Tragedi Sumatera, Ketika Kesucian Alam Dipertaruhkan

Kamis, 4 Desember 2025 | 14:07 WIB
X