HUKAMANEWS - Krisis iklim tidak muncul begitu saja dalam semalam.
Ia merupakan hasil dari akumulasi aktivitas manusia selama ratusan tahun.
Sejak Revolusi Industri di abad ke-18, penggunaan bahan bakar fosil meningkat drastis.
Hingga hari ini, urbanisasi masif dan konsumsi energi yang tidak terkendali terus memperburuk keadaan.
Generasi saat ini menghadapi konsekuensi yang serius.
Jika tindakan tidak segera diambil, generasi mendatang akan menanggung dampak yang lebih besar.
Generasi yang lahir setelah tahun 1990, terutama Generasi Z, memikul beban terbesar dalam mengurangi emisi karbon.
Hal ini terjadi karena "kuota" emisi karbon yang dapat ditoleransi bumi hampir habis digunakan oleh generasi sebelumnya.
Baca Juga: MUI Keluarkan Keputusan Pemerintah Harus Cabut Status PSN PIK 2, Banyak Mudharatnya untuk Rakyat
Menurut Keraf (2005), eksploitasi alam ini dipengaruhi oleh pandangan antroposentrisme.
Pandangan ini menganggap segala sesuatu di luar manusia sebagai objek pemenuhan kebutuhan manusia.
Berdasarkan survei Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) tahun 2024, antroposentrisme mendominasi Generasi Z dan milenial.
Sebaliknya, generasi Baby Boomers dan Silent lebih cenderung pada pandangan teosentrisme, yang melihat alam sebagai bagian dari spiritualitas.
Baca Juga: Vivo X200 dan X200 Pro Siap Menggebrak Indonesia Awal 2025, Ini Bocoran Spesifikasinya!
Artikel Terkait
Krisis Iklim Tidak Hanya Menghancurkan Bumi, tetapi Juga Merusak Kesehatan Mental
Pensiun Dini PLTU Batubara di Indonesia Bisa Cegah 182 Kematian Akibat Polusi dan Hemat Anggaran Triliunan Rupiah
Cerita Rakyat Mengakses Keadilan Iklim: Suara dari Akar Rumput untuk Masa Depan Bumi
Hening Parlan Raih Planet Award 2024, Inspirasi Hijau Indonesia untuk Dunia
Bumi Borneo Menjerit! Forum Lintas Agama Serukan Aksi Nyata Atasi Krisis Iklim