Bayangkan jika Jakarta, Bandung, atau Surabaya memiliki jalur sepeda layang seperti ini.
Kemacetan mungkin bisa berkurang, dan warga akan lebih terdorong untuk bersepeda sebagai alternatif transportasi harian.
2. Eva-Lanxmeer: Distrik Ekologi di Belanda
Di Belanda, terdapat kawasan bernama Eva-Lanxmeer yang menjadi model distrik ekologi berkelanjutan.
Di distrik ini, warga aktif berpartisipasi dalam pengelolaan air melalui sistem sirkuit air tertutup.
Mereka juga memanfaatkan air hujan untuk kebutuhan sehari-hari dan menjalankan pertanian perkotaan.
Setelah 20 tahun berjalan, Eva-Lanxmeer telah membuktikan bahwa kolaborasi komunitas adalah kunci dalam menciptakan lingkungan yang mandiri dan harmonis.
Jika konsep ini diterapkan di kota-kota Indonesia, warga bisa bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih hijau, hemat energi, dan lestari.
3. Copenhill: Pusat Energi dan Rekreasi dari Limbah Kota di Denmark
Kota Kopenhagen di Denmark menghadirkan Copenhill, sebuah pusat pengolahan limbah yang setiap harinya mengubah sampah dari 600.000 warga menjadi listrik.
Tidak hanya itu, Copenhill juga menjadi tempat rekreasi dengan fasilitas seperti area ski dan taman di atap gedungnya.
Visi bebas karbon yang diusung oleh Denmark ini memberikan inspirasi bagaimana pengelolaan sampah dapat berdampak positif tidak hanya bagi lingkungan, tetapi juga bagi kualitas hidup warga kota.
Artikel Terkait
GreenFaith Indonesia and the Push for a Just Energy Transition in West Java: Climate Justice as a Collective Responsibility
Aksi Muda Jaga Iklim Hadir dengan Parade Monster Plastik di 5 Kota, Siap Menyuarakan Perubahan!
Prabowo Tunjuk Hashim Djojohadikusumo Pimpin Delegasi Indonesia di COP29 Baku, Perjuangkan Target Emisi hingga Pendanaan Iklim
COP29 Akan Mengubah Nasib Bumi, Inilah 4 Fokus Utama Paling Mendesak dalam Menghadapi Krisis Iklim
Jadwal COP29 Baku, Harapan dan Aksi Nyata untuk Krisis Iklim Dunia