Isu-isu yang fundamental seperti agama adalah isu yang paling mudah dipicu untuk menciptakan sentimen-sentimen megatif dalam kegiatan politik. Dan hal itu selalu ditunjang oleh politisasi SARA.
Dinamika politik pemilih muda penuh kejutan dan potensi polarisasi akan menimbulkan ledakan friksi karena pertikaian memperebutkan kekuasaan.
Kehadiran Gibran Rakabuming Raka sebagai salah satu cawapres, diharapkan mampu menjadi media dan penghubung antara generasi tua dengan generasi muda sehingga tercipta kesepahaman pandangan dalam membangun bangsa.
Baca Juga: Menimbang Pilihan Cawapres Terbaik bagi Prabowo Subianto di Pilpres 2024
Pelajaran Berharga
Tak bisa dipungkiri saat ini hubungan Jokowi dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sedang tidak baik-baik saja.
Di sisi lain, sebagian besar pendukung Jokowi juga merasa kecewa dan marah, karena tindakan mantan Gubernur DKI tersebut membiarkan anak kandungnya Gibran Rakabuming untuk menjadi calon wakil presiden dari partai politik di luar PDI-P.
Boleh jadi serangkaian tindakan Jokowi sebagai balasan dari ucapan Megawati Soekarnoputri yang dalam berbagai kesempatan cukup merendahkan Jokowi di hadapan umum.
Baca Juga: Suhu Ekstrem, Sabun Berbahan Daun Kelor Bisa Jadi Solusi Kesehatan Kulit Tubuh
Salah satunya, pernyataan Megawati Soekarnoputri meledek Jokowi dengan kata-kata, "Jokowi memang bisa apa tanpa PDI-P? Kasian dehhh.”
Kasus Gibran harus menjadi contoh yang baik bagi partai lain jikalau kader terbaiknya tidak mau rungkat. Jangan remehkan kader di depan orang banyak. Apalagi sekelas Presiden Jokowi terang-terangan diremehkan di depan rakyatnya.
Jokowi mengajarkan bagaimana caranya balas budi sekaligus membalas pihak lain yang tidak memberikan respek, tanpa harus marah-marah dengan ucapan. Dia sekaligus memberikan pelajaran kepada partai pendukungnya, bagaimana rasa sakit dikhianati, dan membalasnya dengan cara yang sangat smart tanpa meninggalkan tanggung jawabnya sebagai Kepala Negara.
Baca Juga: Dugaan Dinasti Politik Keluarga Jokowi, antara Ambisi dan Etika Kekuasaan
Menempatkan lawan tepat di depan matanya adalah cara yang tepat untuk melindungi kepentingan bangsa dan negara. Gibran ditempatkan di sisi Prabowo adalah cara Jokowi mengantisipasi dan mengawasi.
Langkah senyap Jokowi adalah sikap politik yang sulit dipahami oleh elite manapun. Sikap dan gaya komunikasi Jokowi dan Gibran menjadi rule model bagi politisi muda.