Membongkar Mitos Vasektomi, Maskulinitas Sejati Justru Ada pada Tanggung Jawab

photo author
- Sabtu, 3 Mei 2025 | 10:00 WIB
Vasektomi bukan kebiri, tapi bukti tanggung jawab pria.  (HukamaNews.com / Freepik)
Vasektomi bukan kebiri, tapi bukti tanggung jawab pria. (HukamaNews.com / Freepik)

Banyak pengamat sosial menilai bahwa stereotip tersebut muncul akibat pemahaman maskulinitas yang keliru dan masih berakar kuat di banyak budaya patriarkis, termasuk di Indonesia.

Di mata sebagian masyarakat, pria yang memilih vasektomi dianggap ‘kurang laki-laki’ atau bahkan ‘tidak berguna’ karena tidak lagi mampu menghasilkan keturunan.

Pandangan sempit ini tak hanya tidak berdasar, tapi juga mengabaikan fakta bahwa keputusan untuk tidak memiliki anak (atau tidak menambah anak) merupakan bentuk tanggung jawab yang sangat besar.

Sebaliknya, justru keberanian untuk menjalani vasektomi menunjukkan bentuk cinta dan kepedulian yang tinggi terhadap pasangan.

Baca Juga: Ini Serius, Dedi Mulyadi Siap Kirim Siswa Bermasalah ke Barak TNI Polri Per 2 Mei

Ini adalah bentuk konkret dari kesetaraan dalam relasi, di mana beban kontrasepsi tidak hanya ditanggung perempuan.

Menurut para pakar kesehatan, vasektomi jauh lebih aman, efektif, dan minim risiko dibandingkan metode kontrasepsi permanen pada perempuan seperti tubektomi.

Namun sayangnya, angka partisipasi pria dalam program KB masih tergolong rendah.

Padahal jika stigma ini bisa dikikis, vasektomi dapat menjadi solusi penting dalam pengendalian populasi dan penguatan peran pria dalam keluarga.

Sudah saatnya masyarakat mengubah cara pandang terhadap maskulinitas.

Bukan lagi diukur dari seberapa banyak anak yang bisa dimiliki, tetapi dari seberapa besar komitmen seorang pria untuk menjaga kesehatan dan kebahagiaan keluarganya.

Baca Juga: Ketimbang Bermain Medsos, Abdul Mu'ti Ajak Guru Fokus Pembelajaran Deep Learning

Dalam hal ini, vasektomi bukan sekadar pilihan medis, tapi juga simbol keberanian dalam mengambil keputusan yang bertanggung jawab.

Kesadaran ini perlu didorong melalui edukasi yang masif, bukan hanya dari sektor kesehatan, tapi juga melalui peran media dan komunitas sosial.

Jika narasi yang dibangun lebih inklusif dan berbasis fakta, maka lambat laun mitos seputar vasektomi bisa tergantikan oleh pemahaman yang lebih sehat dan rasional.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kazuki Rahmadani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Sekolah Tak Ada PR, Menguntungkan Siswa Atau Siapa

Selasa, 24 Juni 2025 | 19:57 WIB
X