Banyak pengamat sosial menilai bahwa stereotip tersebut muncul akibat pemahaman maskulinitas yang keliru dan masih berakar kuat di banyak budaya patriarkis, termasuk di Indonesia.
Di mata sebagian masyarakat, pria yang memilih vasektomi dianggap ‘kurang laki-laki’ atau bahkan ‘tidak berguna’ karena tidak lagi mampu menghasilkan keturunan.
Pandangan sempit ini tak hanya tidak berdasar, tapi juga mengabaikan fakta bahwa keputusan untuk tidak memiliki anak (atau tidak menambah anak) merupakan bentuk tanggung jawab yang sangat besar.
Sebaliknya, justru keberanian untuk menjalani vasektomi menunjukkan bentuk cinta dan kepedulian yang tinggi terhadap pasangan.
Baca Juga: Ini Serius, Dedi Mulyadi Siap Kirim Siswa Bermasalah ke Barak TNI Polri Per 2 Mei
Ini adalah bentuk konkret dari kesetaraan dalam relasi, di mana beban kontrasepsi tidak hanya ditanggung perempuan.
Menurut para pakar kesehatan, vasektomi jauh lebih aman, efektif, dan minim risiko dibandingkan metode kontrasepsi permanen pada perempuan seperti tubektomi.
Namun sayangnya, angka partisipasi pria dalam program KB masih tergolong rendah.
Padahal jika stigma ini bisa dikikis, vasektomi dapat menjadi solusi penting dalam pengendalian populasi dan penguatan peran pria dalam keluarga.
Sudah saatnya masyarakat mengubah cara pandang terhadap maskulinitas.
Bukan lagi diukur dari seberapa banyak anak yang bisa dimiliki, tetapi dari seberapa besar komitmen seorang pria untuk menjaga kesehatan dan kebahagiaan keluarganya.
Baca Juga: Ketimbang Bermain Medsos, Abdul Mu'ti Ajak Guru Fokus Pembelajaran Deep Learning
Dalam hal ini, vasektomi bukan sekadar pilihan medis, tapi juga simbol keberanian dalam mengambil keputusan yang bertanggung jawab.
Kesadaran ini perlu didorong melalui edukasi yang masif, bukan hanya dari sektor kesehatan, tapi juga melalui peran media dan komunitas sosial.
Jika narasi yang dibangun lebih inklusif dan berbasis fakta, maka lambat laun mitos seputar vasektomi bisa tergantikan oleh pemahaman yang lebih sehat dan rasional.
Artikel Terkait
Mengenal Taksonomi Kucing, Menelusuri Jejak Ilmiah Si Manja dari Kelas, Ordo, Filum, hingga Spesies
Puluhan Ribu Siswa Didik di Kota Semarang Pilih Tinggalkan Ijazah di Sekolah, Akibat Kesulitan Ekonomi
Rektor UI Heri Hermansyah Komitmen Berikan Fasilitas Terbaik untuk Peserta UTBK
Belajar Bahasa: Bingung Antara 'Nazar' atau 'Nazaar'? Ini Jawaban Resmi Menurut KBBI yang Perlu Kamu Tahu
Ini Link Pengumuman UTBK 2025 dan Persiapan Apa Saja yang Perlu Diketahui Calon Mahasiswa/Mahasiswi Agar Tidak Syok Saat Masuk Kuliah