HUKAMANEWS - Aksi warga merangsek masuk ke minimarket di Tapanuli Tengah dan Sibolga viral di media sosial, memicu perdebatan soal penjarahan di tengah bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Sumatera Utara.
Situasi darurat ini terjadi saat akses darat di sejumlah titik terputus total, menghambat distribusi bantuan dan membuat kebutuhan pangan di beberapa desa semakin kritis.
Di tengah kondisi tersebut, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menegaskan bahwa masyarakat tidak sepenuhnya patut disalahkan, mengingat mereka telah bertahan berhari-hari tanpa pasokan makanan yang memadai.
Akses Terputus, Logistik Tersendat
Banjir bandang dan tanah longsor di sejumlah wilayah Sumut memutus jalur utama, membuat tim gabungan kesulitan menyalurkan paket bantuan ke lokasi terdampak.
Baca Juga: Forum Sesepuh NU Keluarkan Seruan Penting, Gus Yahya Beri Respons Mengejutkan soal Islah PBNU
Akses yang terputus ini memaksa distribusi digeser dari jalur darat ke udara, terutama untuk wilayah yang benar-benar terisolasi dan tidak dapat dijangkau kendaraan.
Kondisi inilah yang memicu kelangkaan makanan, hingga sejumlah warga terpaksa masuk ke minimarket terdekat dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar keluarga mereka.
Video Viral Bukan Gambaran Situasi Penuh
Video yang beredar luas menunjukkan rak-rak minimarket kosong dan warga mengambil bahan makanan dalam kondisi panik.
Namun menurut sejumlah relawan di lapangan, narasi “penjarahan” yang viral di media sosial sebenarnya tidak sepenuhnya menggambarkan konteks darurat di lokasi.
Baca Juga: Mengurai Jejak Uang di Balik Transisi Energi Indonesia
Sebagian warga mengaku tidak berniat merusak atau mengambil barang nonkebutuhan; mereka hanya mencari makanan cepat saji dan air minum untuk bertahan hidup.
Opini publik pun terbelah, ada yang mengkritik aksi itu, namun tak sedikit juga warganet yang menilai tindakan tersebut sebagai respons natural di tengah krisis pangan.
Gubernur Bobby: Tidak Bisa 100 Persen Menyalahkan Masyarakat