Operasi Darurat dan Penanganan Psikologis Korban
Salah satu korban dilaporkan telah menjalani operasi dekompresi tulang kepala oleh tim gabungan dokter bedah saraf dan bedah plastik di RS Polri.
Tindakan medis ini dilakukan untuk mengurangi tekanan pada otak akibat benturan keras yang terjadi saat ledakan.
Selain penanganan fisik, tim dokter juga memberikan perhatian pada kondisi psikologis korban.
Trauma pascakejadian, terutama pada siswa yang menyaksikan langsung ledakan, menjadi fokus pendampingan tim kesehatan mental dari kepolisian dan rumah sakit.
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Asep Edi Suheri menegaskan bahwa seluruh langkah medis dilakukan secara maksimal.
“Kami memastikan seluruh korban mendapatkan perawatan intensif baik fisik maupun psikologis, agar proses pemulihannya berjalan optimal,” ujarnya.
96 Korban Tercatat, Sebagian Sudah Pulang
Berdasarkan data terakhir yang disampaikan Kapolda, total korban mencapai 96 orang. Dari jumlah tersebut, 67 orang mengalami luka ringan, 26 luka sedang, dan 3 luka berat.
Sebanyak 68 orang telah diperbolehkan pulang, sedangkan 28 lainnya masih menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit, termasuk RS Islam Cempaka Putih, RS Polri, dan RS Yarsi.
“Korban yang dirawat terdiri dari 13 orang di RSI Cempaka Putih, satu orang di RS Polri, dan 14 di RS Yarsi. Sementara pasien di RS Pertamina, Balai Kesehatan Lantamal, dan Puskesmas Kelapa Gading sudah pulang,” kata Asep.
Peringatan Serius soal Keamanan di Sekolah
Peristiwa ini menjadi alarm keras bagi pengelola sekolah di seluruh Indonesia.
Lingkungan pendidikan seharusnya dilengkapi dengan sistem keamanan dan protokol darurat yang ketat, termasuk pengawasan terhadap bahan-bahan yang berpotensi menimbulkan ledakan atau kebakaran.