Warga Kupang dan sekitarnya sempat berhamburan keluar rumah ketika gempa pertama terjadi.
Beberapa warga mengaku panik karena guncangan cukup kuat terasa di lantai dua bangunan.
“Jam 1 kurang sedikit itu rumah bergetar, lampu bergoyang. Saya langsung bangunkan keluarga dan keluar,” ujar Maria, warga Oebobo, Kupang, kepada media lokal.
Menanggapi situasi tersebut, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mudah percaya terhadap isu-isu tidak bertanggung jawab, seperti kabar hoaks tentang potensi tsunami.
“Periksa kondisi bangunan sebelum kembali ke dalam rumah,” tulis BMKG melalui akun resminya di media sosial X.
NTT Masih di Jalur Rawan Seismik
Secara geografis, Nusa Tenggara Timur berada di jalur cincin api (Ring of Fire) dunia, menjadikannya wilayah rawan gempa bumi dan letusan gunung api.
Aktivitas tektonik di perairan Laut Sawu hingga Laut Timor kerap menghasilkan gempa dengan kekuatan sedang hingga kuat.
Dalam catatan BMKG, selama tahun 2025 saja, kawasan NTT telah mengalami lebih dari 30 kali aktivitas seismik signifikan, meski sebagian besar tidak menimbulkan kerusakan berarti.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) juga mengingatkan bahwa kesadaran mitigasi bencana perlu terus diperkuat.
Edukasi publik mengenai prosedur evakuasi gempa menjadi kunci agar warga lebih siap menghadapi situasi serupa di masa mendatang.
Baca Juga: Presiden Prabowo Hadiri KTT ASEAN ke-47 di Malaysia, Timor Leste Resmi Jadi Anggota ke-11
Langkah Aman Saat Terjadi Gempa
BMKG kembali menegaskan pentingnya tindakan cepat dan tepat saat terjadi gempa bumi, antara lain: