Di media sosial, percakapan soal Polri selalu ramai. Banyak netizen yang berharap aparat lebih humanis, responsif, dan transparan dalam menjalankan tugas.
Kritik keras terhadap tindakan represif polisi di jalanan kerap dibarengi harapan agar Polri benar-benar menjadi pelindung masyarakat, bukan sebaliknya.
Sejumlah pengamat menilai, langkah transformasi Polri harus nyata, antara lain dengan:
- Mengedepankan pendekatan persuasif dalam setiap aksi massa.
- Memperkuat transparansi internal untuk menekan praktik korupsi.
- Membuka ruang dialog dengan masyarakat sipil, akademisi, dan media.
- Memanfaatkan teknologi untuk pengawasan, tapi tetap menjaga hak asasi warga.
Jika strategi ini dijalankan, publik diyakini akan melihat bukti nyata bahwa Polri bukan hanya institusi penegak hukum, tetapi juga pilar moral bangsa.
Perubahan dalam tubuh Polri jelas bukan perkara mudah. Dibutuhkan komitmen pimpinan, konsistensi kebijakan, serta kemauan politik yang kuat.
Mahfud mengingatkan, Polri tidak boleh kehilangan identitas sebagai pelayan rakyat. “Tri Brata dan Catur Prasetya bukan hanya slogan, tapi harus menjadi napas keseharian anggota Polri,” tegasnya.
Chryshnanda menambahkan, transformasi berbasis moralitas dan dialog peradaban adalah kunci agar Polri bisa beradaptasi dengan dinamika zaman tanpa kehilangan jati diri.
Baca Juga: Bongkar Fenomena Mental Stunting Pejabat Jadi Sumber Korupsi dan Krisis Demokrasi di Indonesia
Masyarakat kini menunggu bukti, bukan janji. Jika Polri mampu melakukan perubahan fundamental, bukan mustahil kepercayaan publik yang sempat goyah akan kembali pulih.***