Satu hal yang pasti, Jakarta Selatan akan terus mengingat kasus ini sebagai pelajaran pahit tentang betapa rapuhnya rasa kemanusiaan ketika cinta keluarga berubah menjadi kebencian yang tak terjelaskan.
Vonis mati ini mungkin memberikan kepuasan sesaat bagi sebagian orang, tapi luka yang ditinggalkan oleh tindakan Panca akan terus menganga, sulit sembuh dalam waktu dekat.
Inilah kenyataan pahit yang harus kita hadapi. Satu keluarga hancur, empat nyawa melayang, dan satu nyawa menunggu eksekusi di balik jeruji besi.
Apakah ini akhir yang pantas? Ataukah kita sebagai masyarakat harus mulai mencari cara baru untuk memahami dan menyembuhkan luka-luka sosial yang terlanjur membekas ini?***