Satu hal yang pasti, Jakarta Selatan akan terus mengingat kasus ini sebagai pelajaran pahit tentang betapa rapuhnya rasa kemanusiaan ketika cinta keluarga berubah menjadi kebencian yang tak terjelaskan.
Vonis mati ini mungkin memberikan kepuasan sesaat bagi sebagian orang, tapi luka yang ditinggalkan oleh tindakan Panca akan terus menganga, sulit sembuh dalam waktu dekat.
Inilah kenyataan pahit yang harus kita hadapi. Satu keluarga hancur, empat nyawa melayang, dan satu nyawa menunggu eksekusi di balik jeruji besi.
Apakah ini akhir yang pantas? Ataukah kita sebagai masyarakat harus mulai mencari cara baru untuk memahami dan menyembuhkan luka-luka sosial yang terlanjur membekas ini?***
Artikel Terkait
Sukses Beri Vonis Bebas Ronald Tannur di Persidangan Kasus Pembunuhan Dini Sera, Inilah Isi Garasi Para Hakim
Langgar Kode Etik Berat di Vonis Bebas Ronald Tannur, KY Pecat Tiga Hakim
Rieke Diah Pitaloka Manfaatkan Momen Pertemuan dengan Paus Fransiskus untuk Curhat Soal Vonis Toni Tamsil yang Ganjil
Hakim Juan Merchan Tunda Vonis Donald Trump Terkait Uang Tutup Mulut hingga Setelah Pemilu, Apa Makna di Balik Keputusan Ini?
Pengadilan Tinggi Jakarta Perkuat Vonis Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta Pusat yang Melibatkan Karen Agustiawan