HUKAMANEWS - Kebakaran maut Hong Kong kembali mengguncang publik setelah insiden besar di distrik Tai Po menewaskan 36 orang dan membuat ratusan warga hilang dalam kekacauan api yang menyebar sangat cepat.
Tragedi kebakaran Hong Kong ini memicu pertanyaan serius tentang standar keselamatan bangunan, terutama karena kompleks apartemen yang terbakar sedang menjalani renovasi besar ketika api mulai menjalar.
Dengan penangkapan tiga pria sebagai terduga penyebab kebakaran Hong Kong tersebut, otoritas kini menghadapi tekanan untuk memberikan jawaban atas insiden paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir di kota itu.
Kronologi Kebakaran: Api Menyebar Tak Wajar ke 7 Gedung Apartemen
Polisi Hong Kong menyatakan tiga pria ditahan atas dugaan pembunuhan tidak berencana setelah kebakaran besar merambat ke tujuh dari delapan menara apartemen di kompleks Tai Po.
Kebakaran bermula pada Rabu sore dan dengan cepat berubah menjadi bencana.
Asap pekat dan api terang terlihat membumbung dari jendela gedung, memaksa lebih dari 900 warga dievakuasi dalam situasi darurat yang berlangsung hingga malam hari.
Para penyintas menyebut kobaran api menjalar “tak seperti biasanya,” memperkuat dugaan adanya masalah struktural pada bahan renovasi.
Kompleks perumahan itu sendiri dibangun pada 1980-an dan tengah menjalani pembaruan besar, sebuah faktor yang kini menjadi fokus investigasi teknis.
Baca Juga: Nvidia Gelontorkan Rp16 Triliun ke Nokia, Siap Ubah Dunia Internet Jadi Super Cerdas dengan 6G AI!
Material Dinding dan Perancah Jadi Sorotan Penyelidik
Pihak berwenang mengonfirmasi bahwa api diyakini bermula dari perancah eksternal sebuah gedung 32 lantai.
Angin kencang mempercepat penyebaran api, yang kemudian merembet melalui jaring konstruksi dan perancah bambu ke gedung-gedung di sekitarnya.
Otoritas keselamatan Hong Kong kini menelusuri dua faktor penting:
Artikel Terkait
Guncang Dunia! PBB Ketok Deklarasi Palestina Bebas Hamas, Mayoritas Negara Arab & Non-Blok Bersatu
Mengurai Alasan Inggris Akui Palestina yang Memicu Ketegangan dengan Israel
Inggris dan Prancis Resmi Akui Palestina, Amerika Masih Jadi Satu-satunya Negara Veto PBB yang Menolak
Dunia Kian Panas, Netanyahu Sentil Pidato Prabowo di PBB, Delegasi Walk Out Massal dan Publik Internasional Geger
Raja Charles Diduga 'Bisiki' Trump, Sikap AS ke Rusia Langsung Berbalik 180 Derajat