Densus 88 Temukan Tujuh Peledak di SMAN 72, Investigasi Meluas hingga Aktivitas Medsos Terduga Pelaku

photo author
- Senin, 10 November 2025 | 17:32 WIB
Petugas memeriksa area SMAN 72 Jakarta setelah temuan tujuh peledak. (HukamaNews.com / Net)
Petugas memeriksa area SMAN 72 Jakarta setelah temuan tujuh peledak. (HukamaNews.com / Net)

Penanganan temuan peledak dilakukan oleh beberapa satuan kerja.
Tim Gegana Brimob menjadi garda awal dengan menyisir dan melakukan sterilisasi area sekolah begitu laporan diterima.

Setelah lokasi aman, Tim Puslabfor Mabes Polri mengambil alih untuk melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), mengumpulkan residu bahan peledak, memetakan titik temuan, dan mengidentifikasi pola penyebaran.

Pendekatan berlapis ini menunjukkan bahwa proses investigasi terkait ancaman peledak mengharuskan keahlian berbeda dalam satu rangkaian kerja.

Fokus Perlindungan Anak: Korban dan Pelaku Masih Berstatus Pelajar

Polisi menegaskan bahwa aspek perlindungan anak menjadi prioritas dalam kasus ini.

Baca Juga: Marsinah Resmi Jadi Pahlawan Nasional, Aktivis Buruh yang Kini Disejajarkan dengan Soeharto dan Gus Dur

Baik korban maupun terduga pelaku tercatat masih berusia remaja dan berstatus pelajar.

Situasi ini membuat pendekatan hukum dan psikologis harus dilakukan dengan lebih hati-hati.

Karena itu, Polri menggandeng Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) serta tim trauma healing untuk mendampingi para siswa, guru, dan pihak sekolah yang terdampak psikologis akibat insiden tersebut.

Pendampingan mencakup asesmen emosional, konseling kelompok, serta strategi pemulihan lingkungan belajar agar siswa kembali merasa aman.

Ancaman di Lingkungan Sekolah Mengalami Pola Baru

Dalam beberapa tahun terakhir, pakar keamanan menyoroti meningkatnya potensi ancaman di lingkungan pendidikan, termasuk perakitan bahan peledak skala kecil oleh anak muda yang terpapar konten ekstrem.

Baca Juga: Redenominasi Beda dengan Sanering, Ini Dampaknya untuk Uang Rupiah

Insiden di SMAN 72, menurut analis terorisme, bisa menjadi gambaran bagaimana radikalisasi kini tidak selalu melalui interaksi langsung, melainkan melalui ruang digital yang sulit diawasi.

Beberapa kasus sebelumnya menunjukkan tren serupa: pelajar yang mengakses materi terlarang, mengikuti komunitas tertutup, dan bereksperimen dengan bahan berbahaya tanpa pemahaman mengenai risiko yang mereka hadapi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Jiebon

Sumber: Antara News

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X