Prabowo Resmi Nobatkan Soeharto Jadi Pahlawan Nasional Hari Ini, 10 November 2025, Simak Kontroversi, Dukungan, dan Makna Politik Baru

photo author
- Senin, 10 November 2025 | 07:00 WIB
Prabowo Subianto umumkan Soeharto jadi Pahlawan Nasional pada Hari Pahlawan. (HukamaNews.com / Net)
Prabowo Subianto umumkan Soeharto jadi Pahlawan Nasional pada Hari Pahlawan. (HukamaNews.com / Net)

Fenomena ini serupa dengan pola global, di mana tokoh-tokoh kontroversial kembali memperoleh apresiasi seiring nostalgia terhadap stabilitas masa lalu.

Kontroversi Tak Terelakkan: Warisan Panjang 32 Tahun

Meski banyak dukungan, penetapan ini tetap menyulut perdebatan.
Narasi keberhasilan pembangunan Soeharto masih berhadapan dengan catatan hitam seperti:

- pembatasan kebebasan politik,
- pelanggaran HAM di berbagai daerah,
- korupsi dan kronisme,
- pembungkaman oposisi.

Para pengamat menilai, penganugerahan gelar pahlawan tidak otomatis menghapus kompleksitas sejarah tersebut.

Baca Juga: Tidar Tolak Rencana Budi Arie Gabung Gerindra: Partai Ini Dibangun dari Perjuangan, Bukan Oportunisme

Namun, pemerintah menekankan bahwa gelar diberikan berdasarkan “jasa terhadap negara”, bukan penilaian moral-total terhadap segala aspek pemerintahan.

Makna Politik: Rekonsiliasi Sejarah di Era Prabowo

Keputusan ini memiliki dimensi politik yang kuat, terutama karena Prabowo merupakan mantan menantu Soeharto dan bagian dari lingkar kekuasaan Orde Baru.

Namun analis politik menilai, konteks 2025 jauh lebih kompleks daripada sekadar hubungan personal.

Ada tiga makna besar:

1. Rekonsiliasi sejarah nasional, di mana tokoh masa lalu dinilai ulang melalui perspektif yang lebih luas.
2. Konsolidasi simbolik Prabowo, yang ingin menegaskan kesinambungan kepemimpinan nasional dari generasi ke generasi.
3. Penyelarasan memori publik, seiring meningkatnya dukungan rakyat terhadap figur Soeharto dalam survei beberapa tahun terakhir.

Baca Juga: 84 Persen Publik Setuju Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Survei INSS Ungkap Pergeseran Cara Pandang Sejarah

Dengan kata lain, kebijakan ini mencerminkan pergeseran besar dalam cara negara menafsirkan pahlawan dan memori sejarah.

Respons Netizen: Antara “Akhirnya!” dan “Lupa Sejarah?”

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Kazuki Rahmadani

Sumber: Berita Satu

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X