Membangun legitimasi kepemimpinan. Keterbukaan presiden di hadapan media akan memperkuat citra sebagai pemimpin yang responsif dan transparan.
Mengurangi polarisasi. Pesan yang disampaikan lewat media massa dapat lebih menenangkan ketegangan sosial ketimbang narasi di media sosial yang rawan bias.
Menjaga Kepercayaan Publik
Menurut Hensa, komunikasi politik bukan sekadar soal menyampaikan program, melainkan bagaimana pemerintah hadir di tengah rakyat.
Dalam konteks ini, media berperan sebagai perantara yang menjaga akurasi sekaligus memberi ruang klarifikasi.
Tanpa komunikasi yang intensif, potensi kesalahpahaman publik akan semakin besar, apalagi di era banjir informasi seperti sekarang.
Prabowo dinilai memiliki kesempatan besar untuk memperkuat kepercayaan publik dengan lebih sering berbicara langsung melalui media.
Langkah ini juga bisa menepis kritik bahwa pemerintah terlalu bergantung pada influencer untuk membangun citra.
“Kalau presiden sendiri yang berbicara, itu akan jauh lebih menenangkan,” kata Hensa menegaskan.
Pentingnya peran media dalam komunikasi politik tidak bisa diabaikan begitu saja.
Meski influencer dan media sosial memiliki pengaruh besar di era digital, media massa tetap menjadi institusi yang dipercaya publik.
Kehadiran presiden di media bukan hanya simbol, tetapi juga bentuk nyata kedekatan dengan rakyat.
Dengan memanfaatkan media sebagai saluran utama, Prabowo dapat membangun narasi yang konsisten, meyakinkan, dan menenangkan.
Artikel Terkait
NasDem Tunjukkan Ketegasan dengan Pecat Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, PAN Masih Bungkam soal Kader DPR Kontroversial
PAN Resmi Nonaktifkan Eko Patrio dan Uya Kuya dari DPR, Publik Diminta Tenang
Fasilitas Transportasi Rusak Parah, Masyarakat Minta Usut Pelaku Perusakan
Pertemuan Prabowo dengan 16 Ormas Islam di Hambalang Jadi Langkah Samakan Persepsi Bangsa
Tanda Krisis Ekonomi Sudah Jelas , Jangan Neko - Neko, Ciptakan Kebijakan Ekonomi Untuk Menaikkan Daya Beli Masyarakat