HUKAMANEWS – Penjarahan terjadi di sejumlah rumah wakil rakyat pasca pernyataan mereka menjadi kontroversial di tengah masyarakat. Terlihat sejumlah perabotan rumah tangga, pakaian, hingga barang elektronik tampak berserakan di lantai rumah Eko Patrio. Ada pula serpihan kaca pintu dan jendela yang pecah dilempar benda keras.
Beberapa orang terlihat membawa kursi, lampu, kursi, koper, speaker studio dan kasur keluar dari rumah yang disebut milik wakil ketua Komisi VI DPR tersebut.
Mengamati peristiwa tersebut, perlu segera adanya perubahan kebijakan yang lebih memihak kepada masyarakat. Pakar ekonomi Bhima Yudhistira memperingatkan fenomena ini.
Baca Juga: Fasilitas Transportasi Rusak Parah, Masyarakat Minta Usut Pelaku Perusakan
Menurutnya jika ketidakstabilan sosial politik berlanjut, dampaknya tidak hanya terasa di pasar saham, tetapi juga pada nilai tukar rupiah dan iklim investasi.
Krisis politik bertemu dengan masalah ekonomi bisa menjadi pra-krisis yang multi sektor dan multi dimensi. Ini bisa saja sama buruknya dengan krisis98." jelas pihaknya.
Direktur Eksekutif Celios itu juga mengungkapkan bahwa eskalasi yang terjadi saat ini menjadi puncak gunung es karena banyak masalah fundamental ekonomi yang tidak teratasi.
Menurutnya, indikator ekonomi Indonesia sudah mengalami penurunan sebelum gelombang demonstrasi yang terjadi belakangan.
Krisis global pada 2008, 2013, hingga pandemi 2020 tidak memicu krisis politik yang signifikan seperti sekarang. Aksi di berbagai kota itu diartikan tekanan selama ini sudah sangat berat. Di sisi lain, pemerintah tidak menyelesaikan persoalan tapi malah melempar isu tindakan anarkis dan merusak.
"Ini eskalasi bisa berlanjut. Bukan hanya pasar saham yang terdampak, tapi rupiah dan investasi yang mau masuk pun berpikir ulang."
Baca Juga: Rekomendasikan Sepuluh Poin, Komnas HAM Minta Pemerintah Lindungi Warga Sipil
Bhima mengungkapkan keterpurukan ekonomi yang berpotensi terjadi diprediksi akan berat bertumbuh lagi ke depan. Kemungkinan rebound ekonomi diduga menyerupai huruf L.
"Dalam beberapa skenario krisis itu ada huruf V, di mana dia reboundnya cepat. Nah, kalau ini huruf L, yang artinya situasi ke depan bahkan kita tidak mampu mencapai pertumbuhan 5% lagi," kata Bhima.