Tarif Grab di sana juga cukup transparan dan pernah diumumkan secara terbuka pada 2016, yakni S$4 untuk tarif minimum dan S$0.80 per kilometer.
Kelebihan sistem di Singapura adalah konsistensi.
Pengemudi tahu berapa komisi yang akan mereka dapatkan sejak awal, dan ada tambahan pendapatan hingga 20 persen bagi mereka yang tergabung dalam layanan khusus seperti GrabPet atau GrabAssist.
Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, potongan komisi untuk ojol di Indonesia sebenarnya bukan yang paling tinggi.
Vietnam dan Thailand justru menerapkan potongan yang lebih besar, meskipun dengan pendekatan yang berbeda.
Namun, perbedaan yang cukup signifikan terletak pada transparansi dan kejelasan regulasi.
Baca Juga: Bawa Surat Jaksa Agung, Hotman Paris Bongkar Fakta Mengejutkan Kasus Korupsi Gula Rp 578 Miliar!
Di negara seperti Singapura, sistem pembagian hasil sudah terstruktur dan terbuka.
Sementara di Indonesia, meskipun pemerintah ikut campur dalam pengaturan tarif dan komisi, sistemnya masih dianggap belum cukup menguntungkan bagi mitra pengemudi.
Karena itu, tantangan ke depan bagi industri ojol di Indonesia bukan sekadar soal besar kecilnya potongan, tapi bagaimana membuat sistem yang adil, transparan, dan berkelanjutan bagi semua pihak, terutama para pengemudi yang berada di garda terdepan layanan ini.***
Artikel Terkait
Siap-siap Macet, Ribuan Ojol Demo Besar-besaran di Depan Istana Merdeka Senin Esok, Luapkan Kekecewaan Keluhan Ojol Tak Didengar Pemerintah
Puluhan Ribu Ojol Gelar Demo "Aksi 217" di Istana, Tuntut Perlindungan Hukum dan Regulasi Tarif
Ribuan Ojol Demo di Jakarta Hari Ini, Siap Offbid Massal jika 5 Tuntutan Tak Didengar
Demo Ojol 21 Juli 2025 di Monas! 1.632 Polisi Dikerahkan untuk Pengamanan Maksimal, Tuntutan Potongan Aplikator Bikin Heboh
Potongan Tarif Ojol 10 Persen Dianggap Berisiko, Oraski Peringatkan Dampak Buruk ke Aplikator dan Driver