Malam 1 Suro, Beda Wilayah Beda Tradisi Merayakannya

photo author
- Rabu, 25 Juni 2025 | 19:01 WIB
Ilustrasi kirab malam satu suro | (suaramerdeka.com/dok)
Ilustrasi kirab malam satu suro | (suaramerdeka.com/dok)

HUKAMANEWSMalam 1 Suro menjadi momen sakral, dan penuh perenungan. Berbeda dengan tahun baru Masehi yang biasanya dirayakan dengan pesta dan keramaian, malam pergantian tahun dalam penanggalan Jawa ini diisi dengan kontemplasi dan ketenangan. 

Misteri malam 1 Suro ini semakin diperkuat dengan berbagai tradisi maupun ritual sakral yang digunakan sebagai media untuk berkomunikasi dengan leluhur yang kerap hadir di malam tersebut dan kemungkinan ini juga yang menjadi alasan kenapa bulan Suro dianggap keramat.

Pada malam 1 Suro masih banyak masyarakat yang mempercayai pantangan untuk tidak keluar rumah. Sebab, sejumlah makhluk gaib dipercaya akan berkeliaran dan berhamburan di malam tersebut yang pada akhirnya kerap dipandang sebagai malam yang angker.

Baca Juga: 12 Hari Perang Israel Defisit Miliaran Dollar, Anggaran Kesehatan Warga Siap Kena Potong

Melansir dari Tradisi Satu Suro Di Tanah Jawa Dalam Perspektif Hukum Islam (2020) oleh Aryanti dan Zafi, malam 1 Suro adalah malam menyambut tanggal 1 Suro, hari pertama dalam kalender Jawa yang bersamaan dengan 1 Muharam dalam kalender Hijriah. 

Istilah "Suro" sendiri berasal dari kata Arab "Asyura" yang berarti sepuluh, merujuk pada 10 Muharam yang juga memiliki nilai penting dalam sejarah Islam.

Dikutip dari jurnal Tradisi Malam Satu Suro dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat karya M. Mulyani, berbagai daerah di Jawa memiliki tradisi unik dalam memperingati malam 1 Suro. 

Baca Juga: Trump Dinilai Untung Besar dari Gencatan Senjata Iran-Israel, Tapi Banyak yang Masih Curiga

Di Keraton Solo dan Pura Mangkunegaran, ritual dilakukan melalui Kirab Pusaka Dalem dan Jamasan Pusaka. Tujuan dari ritual ini adalah untuk menyucikan benda-benda pusaka sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur serta pelestarian budaya. Kirab ini juga menjadi sarana refleksi spiritual masyarakat.

Sementara itu di Keraton Jogja, ritual serupa dilakukan melalui prosesi Tapa Bisu Mubeng Beteng. Para peserta kirab mengelilingi benteng keraton tanpa mengucapkan sepatah kata pun, sebagai bentuk laku spiritual. 

Seusai kirab, biasanya masyarakat menikmati Bubur Suran, makanan khas malam Suro yang memiliki cita rasa gurih dan manis.

Baca Juga: Squid Game Season 3 Siap Tayang Tayang 27 Juni 2025 di Netflix, Jadi Penentu Nasib Seong Gihun

Berbeda dengan Cirebon, Malam satu sura di Cirebon diperingati oleh Keraton Kanoman dengan menggelar pembacaan Babad Cirebon (Sejarah Cirebon).

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Elizabeth Widowati

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X