Dengan situasi ini, masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan.
Petugas menghimbau warga, pendaki, serta wisatawan untuk tidak memasuki radius 3 kilometer dari kawah utama, yakni Kawah Verbeek.
Zona ini dianggap sebagai kawasan paling berbahaya karena berpotensi dilanda material erupsi sewaktu-waktu tanpa peringatan dini.
Ahmad juga mengingatkan adanya potensi bahaya sekunder berupa lahar dingin.
Ancaman ini terutama mengintai warga yang tinggal di sepanjang aliran sungai dan lembah yang berhulu langsung dari puncak Marapi.
Baca Juga: Tanpa Surat Lengkap, Sebanyak 668 Satwa Burung Disita di Pelabuhan Bakauheni Lampung Selatan
Apalagi mengingat saat ini sudah memasuki musim hujan, hujan lebat berpotensi mengalirkan material vulkanik ke pemukiman penduduk.
Jika terjadi hujan abu, warga disarankan untuk menggunakan masker, guna mencegah gangguan saluran pernapasan seperti ISPA yang umum terjadi saat erupsi gunung berapi.
Situasi ini menuntut kewaspadaan tidak hanya dari warga, tapi juga dari pemerintah daerah.
Koordinasi antarlembaga terus dilakukan guna memastikan keselamatan warga dan kelancaran penyampaian informasi terbaru terkait aktivitas Gunung Marapi.
Pihak pengamat gunung menyatakan bahwa pemantauan akan terus dilakukan selama 24 jam.
Setiap peningkatan aktivitas akan segera diinformasikan kepada masyarakat secara terbuka melalui kanal resmi.
Gunung Marapi dikenal sebagai salah satu gunung api paling aktif di Sumatra Barat.
Sejarah panjang erupsinya telah membentuk pola aktivitas yang harus terus diwaspadai oleh pihak berwenang maupun masyarakat sekitar.
Artikel Terkait
Tiga Dokter PPDS Undip Dilimpahkan ke Kejaksaan, Kasus Kematian Aulia Risma Lestari yang Bikin Geger Semarang!
10 Kasus Mega Korupsi yang Telan Rp 300 Triliun di Lembaga Pemerintahan, Ada Nama Besar dan Dampak Ekologis Parah!
Jangan Kaget, Komdigi Resmikan Aturan Layanan Pos Komersial, Kadin Soroti Tantangan Efisiensi Logistik Nasional
Siap-Siap Jakarta Terancam Lumpuh 20 Mei 2025! Ojol Gelar Aksi Akbar, Garda Indonesia Minta Maaf
Amankan Ruang Digital Anak Dari Fenomena "Fantasi Sedarah"