Dolar AS Nyaris Sentuh Rp 17.300, Rupiah Tersungkur, Apa Harga Barang Bisa Naik Gila-Gilaan?

photo author
- Selasa, 8 April 2025 | 06:00 WIB
Nilai tukar dolar AS melonjak tajam terhadap rupiah dan mata uang Asia (HukamaNews.com / Freepik)
Nilai tukar dolar AS melonjak tajam terhadap rupiah dan mata uang Asia (HukamaNews.com / Freepik)

Sementara itu, terhadap baht Thailand dan rupee India, dolar AS masing-masing menguat 0,64 persen dan 0,67 persen.

Namun menariknya, dolar AS tidak sepenuhnya berjaya.

Ada beberapa mata uang yang justru mencatat penguatan terhadap dolar, seperti yen Jepang yang menguat signifikan hingga 1,06 persen.

Dolar Hong Kong juga naik 0,07 persen terhadap dolar AS, sementara dolar Singapura mencatat penguatan sebesar 0,14 persen.

Baca Juga: Efek Domino Kebijakan Tarif Impor Trump, Dunia di Ambang Krisis PHK dan Resesi Global

Fenomena fluktuatif ini menandakan bahwa pasar masih sangat dinamis dan penuh ketidakpastian, terutama setelah kebijakan tarif dari Presiden AS menjadi perhatian utama.

Kebijakan tersebut diyakini menjadi pemicu utama penguatan dolar secara global, karena mendorong permintaan terhadap mata uang AS sebagai aset aman (safe haven).

Dari sisi domestik, lonjakan dolar tentu bukan kabar baik bagi pelaku usaha yang bergantung pada impor bahan baku.

Harga produk impor bisa melambung, dan pada akhirnya bisa berdampak pada inflasi yang dirasakan langsung oleh masyarakat.

Bank Indonesia pun diperkirakan akan terus memantau pergerakan kurs ini dengan ketat, dan bisa saja mengambil langkah intervensi apabila fluktuasi semakin liar.

Baca Juga: Jangan Apply Dulu! Baca Ini Biar Nggak Ketipu Lowongan Kerja Luar Negeri Abal-Abal

Bagi masyarakat umum, tren penguatan dolar ini juga bisa menjadi sinyal untuk lebih berhati-hati dalam mengatur pengeluaran, terutama yang berkaitan dengan produk luar negeri atau biaya perjalanan internasional.

Secara keseluruhan, pergerakan dolar yang kembali mendekati angka Rp 17.200 menjadi pengingat bahwa stabilitas ekonomi global masih rentan terhadap tekanan geopolitik dan kebijakan ekonomi negara besar.

Indonesia perlu bersiap dengan strategi yang adaptif dan responsif, agar guncangan dari luar negeri tak langsung menggoyahkan pondasi ekonomi dalam negeri.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Kazuki Rahmadani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X