Meski demikian, tantangan tetap ada.
Jarak yang jauh dari sumber aktivitas vulkanik mengharuskan tim pemantau untuk lebih cermat dalam mengumpulkan data dan menganalisis potensi bahaya.
Selain itu, adanya kerusakan pada alat pemantau di Pulau Ruang menggarisbawahi betapa rawannya infrastruktur pendukung dalam konteks mitigasi bencana.
Baca Juga: Kucing Kesayangan Cacingan? Jangan Panik! Ini Dia Cara Mengatasinya dengan Aman dan Efektif
Namun demikian, upaya tidak berhenti sampai di situ.
PVMBG masih menerima bantuan dari beberapa pos pengamatan gunung api lainnya yang tersebar di Sulawesi Utara dan Maluku.
Kolaborasi antar lembaga pemantau bencana menjadi kunci utama dalam menghadapi situasi darurat seperti ini.
Baca Juga: Razia Judi Online: Polri Tetapkan 3.145 Tersangka dalam 1.988 Kasus! Cek Faktanya di Sini!
Melalui sharing data dan koordinasi yang baik, diharapkan respons terhadap potensi bahaya dapat lebih efisien.
Selain kerusakan pada infrastruktur pemantauan, perhatian juga tertuju pada perkembangan terkini aktivitas Gunung Ruang.
Dari data yang dihimpun oleh PVMBG, tercatat beberapa tren yang patut diperhatikan.
Dalam rentang waktu 1-28 April 2024, jumlah kegempaan mencapai angka yang cukup signifikan.
Gempa letusan, gempa guguran, hingga gempa tektonik lokal dan jauh menjadi bagian dari aktivitas seismik yang terpantau.
Pada 29 April 2024, meskipun aktivitas cenderung menurun, masih terjadi beberapa kejadian yang patut diwaspadai.
Artikel Terkait
Kemana Warga Mengungsi Setelah Gunung Ruang Mengeluarkan Erupsi
WASPADA! Gunung Ruang Kembali Erupsi, PVMBG: Status Naik Level Awas
Basarnas Gercep Tangani Dampak Erupsi Gunung Ruang, Langkah Penyelamatan dan Evakuasi Warga Jadi Prioritas
Gunung Ruang Sitaro Kembali Berstatus Awas, Potensi Tsunami Menjadi Ancaman