Ini menunjukkan betapa seriusnya negara ini dalam menghadapi TBC, yang tidak hanya dilihat sebagai masalah kesehatan publik, tetapi juga memerlukan kerjasama lintas sektoral.
Dokter Spesialis Paru, Erlina Burhan, menambahkan bahwa TBC bukanlah penyakit tanpa harapan.
Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) menjadi kunci dalam mengobati dan mencegah TBC.
Baca Juga: Rahasia Merawat Kucing Agar Bisa Bahagia Hakiki, Teknik Massage yang Mudah dan Efektif
"TPT itu adalah pengobatan yang diberikan kepada seseorang yang terinfeksi kuman Mycobacterium tuberculosis dan berisiko sakit TB," jelas dr. Erlina.
Keberhasilan TPT dalam mengurangi risiko TBC mencapai 24-86 persen pada populasi berisiko, termasuk pasien TBC laten, serta signifikan menurunkan risiko pada pasien HIV yang mengkonsumsi ARV dan anak-anak yang mengkonsumsi TPT.
Menghadapi krisis TBC dengan skala yang kian meningkat, kerjasama antar individu, komunitas, dan pemerintah menjadi sangat krusial.
Baca Juga: Dewan Pers Bersiap Dampingi Sengketa Pers Berkekuatan Rp700 Miliar di Makassar
Peningkatan kasus TBC di Indonesia bukan hanya tentang angka, tetapi tentang nyawa, harapan, dan masa depan bangsa.
Inilah saatnya kita bersatu, mengambil langkah konkret, dan mengoptimalkan setiap sumber daya yang ada untuk melawan TBC.
Kesadaran, edukasi, dan aksi nyata dari kita semua adalah kunci untuk mengakhiri pandemi TBC yang telah lama terlupakan ini.***
Artikel Terkait
DBD Indonesia dalam Angka, yang Menyebabkan Kemenkes Nekat Gunakan NYAMUK WOLBACHIA
Kontroversi Nyamuk Wolbachia, Disebut Hasil Rekayasa Genetika Hingga Senjata Pemusnah Manusia, Begini Respons Kemenkes
Penelitian Prof Jason Ragon Buktikan Wolbachia Picu Pandemi Baru, Namun Kemenkes Sembunyikan Fakta Berbahaya Ini
Siti Fadilah Supari: Bappenas Sudah Ingatkan Kemenkes Dengarkan Suara Rakyat Tolak Nyamuk Wolbachia, Kemenkes Malah Ngotot Sebar
Anti-Hoaks! Wolbachia dari Kemenkes Bikin DBD Jalan Miring, Beneran Aman dan Efektif!