HUKAMANEWS – Meningkatnya penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di berbagai wilayah Indonesia, membuat pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes), berupaya keras melakukan berbagai macam solusi.
Data Kemenkes menyebutkan, angka kasus DBD pada tahun 2023 meningkat di sejumlah daerah. Hingga Juli 2023, jumlah kasus DBD di Indonesia tercatat telah mencapai 35.694 kasus.
Provinsi Jawa Barat memiliki kasus DBD terbanyak dengan lebih dari 6.000 kasus. Kemudian disusul dengan Bali sebanyak 3.400 kasus, lalu Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Baca Juga: Pilpres 2024, di Atas Hukum Masih Ada Hukum
Sementara itu, angka kasus kematian akibat DBD juga tercatat kian meningkat dalam kurun lima tahun terakhir.
Masih berdasarkan Data Kemenkes, pada 2022 menunjukkan, total kematian akibat dengue sebanyak 1.236 kasus, dengan 63 persen kematian di antaranya terjadi pada anak usia 0–14 tahun. Adapun daerah dengan kasus kematian tertinggi adalah Jawa Barat (305 kasus), Jawa Tengah (260 kasus), Jawa Timur (151 kasus), Sumatera Utara (60 kasus), dan Kalimantan Timur (39 kasus).
Sedangkan angka kasus kematian (case fatality rate) demam berdarah dengue dilaporkan meningkat. Pada 2017, angka kasus kematian dengue sebesar 0,71 persen dan pada 2022 dilaporkan mencapai 0,86 persen.
”Kondisi ini bisa terjadi karena rujukan yang terlambat serta kurangnya kewaspadaan akan tanda dan gejala sejak dini. Karena itu, masyarakat perlu lebih sadar dan kita juga bersama memperbaiki fasilitas kesehatan agar angka kematian bisa ditekan,” kata Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono dalam acara peluncuran Koalisi Bersama ”Kobar” Lawan Dengue di Jakarta, Jumat (8/9/2023).
Dante menyampaikan, sejalan dengan target yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pemerintah telah berkomitmen untuk bisa menurunkan angka kematian menjadi nol persen pada 2030. Sejumlah strategi pun telah disusun untuk bisa mencapai target tersebut.
Setidaknya ada enam hal utama yang akan dilakukan dalam strategi penanggulangan DBD dalam kurun 2021-2025, meliputi penguatan manajemen vektor yang efektif, aman, dan berkesinambungan, kemudian peningkatan akses dan mutu tata laksana dengue, penguatan surveilans dengue yang komprehensif, peningkatan partisipasi masyarakat dan institusi, penguatan kebijakan manajemen program, serta pengembangan kajian, penelitian, dan inovasi.
Inovasi Nyamuk WolBachia
Artikel Terkait
Sengaja Sebar Nyamuk Wolbachia, Siti Fadilah Supari Ngamuk. Segera Hentikan!
Mengenal NYAMUK WOLBACHIA, yang Membuat Mantan Menkes Siti Fadilah Supari Ngamuk
Komjen (Pol) Dharma Pongrekun: Sengaja Sebar 240 Juta Nyamuk Bionik Wolbachia Program Berbahaya Globalis!
Ramai Tolak Penyebaran Nyamuk Wolbachia Karena Berbahaya, Kementerian Kesehatan Klaim Efektif Turunkan Penyebaran DBD
Penyebaran Nyamuk Wolbachia di Bali Mengundang Pro dan Kontra, Pemprov Bali Putuskan untuk Menunda: Masih Perlu Sosialisasi
Benarkah Nyamuk Wolbachia Dapat Menyelamatkan dari DBD Atau Hanya Konspirasi Bill Gates? Beginilah Kata Ahli